Kenali Diri, Jangan Inferior!
Oleh : A. R. Zakarya
(LS DPD HTI Jombang)
Akhir-akhir ini kita sering memperbincangkan masalah masuknya kembali ideologi komunis ke Indonesia melalui sepak terjang cina di negeri ini. Tak bisa dipungkiri, bahwa negeri zamrud khatulistiwa ini secara terang-terangan telah menjadi ajang rebutan bangsa-bangsa imperialis baik dari Amerika, Eropa, Australia ataupun Asia. Namun memang, dua tahun terakhir ini kita merasakan betul bagaimana tanah surga ini tengah jadi rebutan antara amerika dan cina. Perbedaannya adalah bahwa Amerika lebih banyak bermain dalam eksploitasi SDA sedangkan cina lebih ke arah pembangunan infrastruktur dan perdagangan alat elektronik. Untuk melancarkan upaya-upaya itu mereka pun bersama-sama intervensi dalam Undang-Undang negeri ini melalui boneka-boneka yang siap mereka mainkan.
Karena sangat "terbiasa"-nya indonesia jadi bahan rebutan terkadang (mungkin) di benak kita hanya muncul pernyataan, "setelah ini indonesia akan dikuasai cina". Atau, "meski cina berupaya keras menguasai indonesia, namun tetap penguasaan amerika atas negeri ini akan tetap lebih kuat". Atau mungkin, "walau bagaimanapun, cina dan amerika memiliki kekuatan masing-masing untuk menguasai indonesia". Serta pernyataan-pernyataan senada yang lain. Sadarkah kita bahwa pernyataan tersebut tak ubahnya penyataan seorang budak yang tahu bahwa ia tidak bisa hidup tanpa "tuan" yang berkuasa atas dirinya, seolah jika tidak ada seorangpun yang menjadi "tuan"-nya ia bingung hendak melakukan apa. Intinya ia hanya mampu memahami bahwa ia telah dikuasai oleh orang lain yang menjadi tuannya tanpa memiliki cita-cita untuk "merdeka", atau apabila ia tidak menyukai tuan yang berkuasa atas dirinya harapan satu-satunya hanyalah ingin berpindah kepada tuan yang lain. Beginikah cara berpikir kita?
Potensi Kekuatan Indonesia
Indonesia adalah negara di Asia Tenggara dengan Luas daratan 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km² yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Dengan populasi lebih dari 258 juta jiwa pada tahun 2016, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa.
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam (cadangan gas alam terbesar di dunia), nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara (terbesar di dunia), emas (terbesar di dunia), uranium dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km. Plus ditambah dengan kekayaan lautan yang tiada bandingnya.
Kekuatan militer Indonesia berada di tempat keempat dalam daftar negara-negara Asia dengan kekuatan militer terbesar. Posisi Indonesia di bawah Cina, India, dan Korea Utara berdasarkan rilis majalah Amerika Serikat, Forbes. Untuk jumlah personel aktif yang siap bertugas di garis depan pada 2015, TNI hanya memiliki 476 ribu orang dan pasukan cadangan 400 ribu personel, dengan jumlah alutsista yang cukup besar. Indonesia memiliki tank lapis baja 400 unit, kendaraan tempur lapis baja 506 unit, artileri jarak jauh 62 unit, peluncur roket 50 unit, mortir 3.350 unit, senjata antitank 11 ribu unit, dan kendaraan angkut logistik 11.100 unit. Kapal perang 150 unit, kapal selam 2 unit, kapal angkut personel 26 unit, kapal kelas korvet 23 unit, kapal kelas frigat 6 unit, kapal patroli 70 unit, serta pesawat tempur 118 unit (50 unit pesawat tempur sergap dan 68 pesawat tempur taktis).
Belum lagi indonesia menempati posisi strategis secara geografis. Semua ini menunjukkan betapa Indonesia sangat berpotensi menjadi negara independen yang besar, kuat, dan maju.
Jika Indonesia memiliki sedikit saja keberanian menjadi negara independen yang tidak mau bergantung pada asing maka indonesia memiliki peluang besar menjadi adidaya dunia. Namun tentu saja, untuk melawan kekuatan amerika tidaklah cukup karena amerika memiliki kekuatan bersifat global. Bisa jadi kita menjadi negara kuat, namun apa gunanya apabila kekuatan besar itu hanya untuk melawan sesama negeri muslim. Karena sudah menjadi tabiat amerika melawan negeri muslim yang berkehendak untuk maju dengan meminjam tangan negeri muslim yang lain melalui antek-anteknya yang telah ia pasang. Entah di Malaysia, Bangladesh, Brunei, India, Pakistan, dan di negeri-negeri muslim yang lain. Dalam arti lain amerika hanya duduk bersantai di atas singgasananya melihat pertarungan kekuatan indonesia melawan negeri muslim yang lain.
Indonesia dan Negeri-negeri Muslim membutuhkan Kesatuan Politik
Jumlah seluruh umat Islam sekarang ada 1.62 miliar, lebih dari 23 persen dari seluruh penduduk bumi. Satu dari enam penduduk bumi adalah Muslim. Dalam perspektif kekayaan alam sebagai karunia Allah, angka-angka ini sungguh mengejutkan. 70 persen cadangan minyak bumi, total 550 miliar barel tersimpan di negeri-negeri Muslim. 49 persen cadangan gas alam, total 2532 triliun kubik feet, terdapat di negeri-negeri mayoritas Muslim. 21 persen produksi uranium dunia, total 6,421 ton per tahun, berasal dari negeri Muslim. Belum lagi letak geo-politik dunia Islam yang strategis yang semakin menambah kucuran karunia Allah itu.
Dunia Islam memiliki potensi untuk menjadi suatu negara adidaya dengan kekuatan militer yang amat besar yang merupakan gabungan militer aktif berkekuatan 5,59 juta personil. Sebenarnya kekuatan ini jauh lebih tinggi daripada kekuatan global Amerika saat ini, yang berhasil mempertahankan supremasi hegemoninya yang tidak terbantahkan atas seluruh dunia setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1990-an lalu. Sebenarnya Amerika Serikat hanya memiliki 1,47 juta personil militer aktif, Rusia memiliki 1.037.000, Cina memiliki 2,25 juta, sementara dua anggota permanen Dewan Keamanan PBB lainnya Prancis dan Inggris berturut-turut hanya memiliki 0,26 dan 0,24 juta personil militer aktif.
Seluruh Dunia Islam memiliki tentara aktif sekitar 0,4 juta lebih banyak dibandingkan dengan total kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang bertindak sebagai otoritas keamanan dunia. Selain itu, Dunia Islam memiliki sekitar 0,6 juta militer aktif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah total negara-negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina). Memang, kelima anggota Dewan Keamanan secara bersama-sama memiliki pasukan cadangan yang lebih dibandingkan dengan total tentara dari Dunia Islam. Namun, jumlah total dari pasukan cadangan Dunia Islam lebih besar dari Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis dan Inggris secara individual. Sungguh menakjubkan untuk dicatat bahwa seluruh dunia memiliki pasukan paramiliter sebesar 20.526 juta personil;11.32 juta di antaranya adalah milik Dunia Islam. Salah satu negara Muslim, yakni Iran, memiliki lebih dari 11 kali lebih besar pasukan paramiliter dari gabungan lima anggota permanen Dewan Keamanan PBB. Selain itu, Iran memiliki 5 kali lebih banyak pasukan paramiliter tentara dari jumlah gabungan negara-negara BRIC. Dalam hal jumlah kekuatan militer, jumlah kekuatan dari Dunia Islam melebihi tiap anggota permanen Dewan Keamanan PBB baik secara individual maupun secara bersama-sama. Kekuatan militer gabungan dari Dunia Islam adalah 22.42 juta personil, sedangkan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB secara bersama-sama memiliki 15.95 juta personil dan BRIC secara bersama-sama punya 17.53 juta personil.
Dunia islam akan mengendalikan lokasi-lokasi strategis utama yang penting bagi geopolitik dunia di rute-rute laut, daratan, dan udara. Ia akan menikmati monopoli dalam aset-aset strategis itu untuk membawa negara-negara seperti Cina, Jerman, dan Jepang di bawah pengaruh langsungnya. Dunia Islam akan memiliki kendali penuh sebagian besar rute-rute laut penting dunia dari selat Gibraltar di Maroko melalui Mediterania melalui Bosphorus atau melalui kanal Suez melalui Samudera Hindia melalui selat Malaka. Kendali atas jalur-jalur itu artinya Eropa harus berserah pada keinginan umat islam atau mereka hanya bisa memilih untuk dikucilkan dari seluruh dunia kecuali benua Amerika. Namun, dengan Maroko di satu sisi Atlantik, kaum muslimin akan punya kendali pasti atas urusan-urusan Atlantik juga.
Bisa kita bayangkan kekuatan sebesar itu tidak terpecah-pecah dengan kepentingan politik masing-masing. Seluruhnya bersatu-padu membangun kesatuan politik untuk kemaslahatan islam dan kaum muslimin, meninggikan kalimat "Laa ilaaha illalLaah Muhammadur RasululLah" maka tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang mampu meruntuhkannya.
Disinilah pentingnya seorang Khalifah sebagai pemersatu umat yang hanya dengan mengangkat tangannya dan menunjuk peta suatu negara kufur maka saat itulah negara tersebut ditaklukkan sebelum ia menurunkan tangannya. Dan saat itu ketika kita melihat Amerika, cina, jepang, eropa, atau australia tidak ada lagi pertanyaan, "manakah dari negara-negara itu yang akan menguasai kita?". Namun hanya akan ada satu pertanyaan saja, "manakah negara yang akan kita taklukkan lebih dulu?". [VM]
Posting Komentar untuk "Kenali Diri, Jangan Inferior!"