Hai Delegasi, Apa Tujuanmu ke Israel?

Presiden Israel Reuven Rivlin (kanan-depan) bertemu dengan Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Istibsyaroh dan para delegasi dari Indonesia. Foto / Mark Neiman / GPO
Oleh : Retno Esthi Utami 
(MHTI Kab. Kediri)

Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Istibsyaroh menemui Presiden Israel Reuven Rivlin di kediamannya di Israel. Kedatangan Istibsyaroh disebutkan tanpa sepengetahuan MUI. Dilansir dari website Kementerian Luar Negeri Israel yang beralamat di www.mfa.gov.il, Jumat (20/1/2017), tak dijelaskan apa saja isi pertemuan yang berlangsung Rabu (18/1) lalu itu. Istibsyaroh mengunjungi Israel atas inisiatif Australia/Israel and Jewish Affairs Council (AIJAC). Menurut Rivlin, pihaknya tak ada perang dengan Islam. Hanya saja ada beberapa orang yang menolak gagasan Israel dan tak mengakui mereka. "Kami tidak sedang berperang dengan Islam. Sayangnya ada orang-orang yang menolak gagasan-gagasan Israel, seperti Iran, Hizbullah, dan Hamas yang mengatakan dengan keras bahwa tak ada jalan untuk mengakui Israel," ungkap Rivlin. (https://news.detik.com/berita/d-3401125/ini-yang-disampaikan-presiden-israel-ke-pejabat-mui)

Komisi I DPR meminta Istbsyaroh mengklarifikasi pertemuan tersebut ke publik atau MUI sendiri. "Dalam konteks hadir ibu ini patut dipertanyakan. Apakah atas nama pribadi atau dalam konteks MUI? Kalau konteks pribadi, bisa dipertanyakan, apa mungkin sekelas Presiden (Israel) mau menerima pribadi? Pasti ibu itu harus menjelaskan kepada MUI atau ke publik karena tidak sejalan dengan politik luar negeri kita," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin saat dihubungi, Jumat (20/1/2017). Hasanuddin menegaskan bahwa tidak ada hubungan politik luar negeri antara Indonesia dengan Israel. Bahkan serial pejabat tidak boleh berhubungan dengan Negara Zionis itu.

"Politik luar negeri kita tidak ada hubungan dengan Israel, seluruh aparat pemerintah baik eksekutif maupun legislatif atau Yudikatif dilarang komunikasi dengan Israel. Bahkan setiap paspor dicap besar-besar dilarang masuk ke Israel, artinya setiap orang, dalam arti negara, tidak boleh kontak dengan Israel," terang Hasanuddin.

MUI juga mendengar kabar itu dan berharap itu adalah kabar hoax. Selain itu, MUI berencana membahas sanski yang bisa dikenakan ke Istibsyaroh. "Saya kira iya (sanksi). Pasti akan dirapatkan di rapat pleno hari Selasa (24/1)," kata Ketua Komisi Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat HM Baharun, Jumat (20/1). (https://news.detik.com/berita/3401065/komisi-i-dpr-minta-pejabat-mui-jelaskan-soal-lawatannya-ke-israel)

Kunjungan semacam itu bukanlah yang pertama kali dilakukan, sebagaimana tahun lalu 28 Maret 2016, PM Israel Benyamin Netanyahu menerima kunjungan delegasi wartawan Indonesia. Serta di tahun 2013, ada tujuh tokoh Indonesia; salah satunya adalah Tantowi Yahya yang saat itu menjabat sebagai anggota komisi I DPR RI, berkunjung ke kantor parlemen Israel Knesset. Pertemuan mereka tersebut dengan para parlemen Israel menunjukkan kosongnya empati terhadap rakyat Palestina. Sungguh sangat mengenaskan orang dengan bangga bertemu dan berfoto dengan Presiden Israel ataupun PM Benjamin Netanyahu yang kebijakannya menyebabkan penderitaan besar rakyat Palestina. Selama pemerintahannya, Israel membunuh puluhan ribu anak-anak, wanita, orang orang cacat serta jompo. Mereka meluluhlantakkan rumah, sekolah, masjid, rumah sakit, serta bangunan bangunan sipil untuk harusnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pertemuan itu juga jelas menjadi bagian dari propaganda Israel. Israel tahu Indonesia adalah negeri Muslim terbesar, yang tentu suaranya sangat berpengaruh. Yang jelas, kunjungan itu dimanfaatkan demi kepentingan politik penjajah Palestina itu. Karena hingga kini pemerintah Indonesia masih mendukung kemerdekaan Palestina. Hingga kini pula pemerintah Indonesia tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Menjalin hubungan dengan orang kafir apalagi dengan Yahudi Israel yang jelas-jelas memerangi Islam dan kaum Muslim merupakan dosa besar. Itu adalah perilaku orang munafik yang diancam dengan siksa neraka. “Kabarilah kaum munafik itu, bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil kaum kafir menjadi teman/penolong dengan meninggalkan kaum Mukmin. Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi orang kafir itu? Sesungguhnya semua kemuliaan hanya milik Allah.” (TQS an-Nisa’ [4]: 138-139). Dan Allah SWT pun dengan tegas melarang kaum Muslim menjadikan Yahudi sebagai teman: Wahai kaum beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman kalian; sebagian mereka adalah teman bagi sebagian yang lain. Siapa saja di antara kalian mengambil mereka menjadi teman, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka (TQS al-Maidah [5]: 51).

Karena semua itu, kunjungan semacam di atas harus dikecam dan ditolak. Umat Islam tak boleh berhenti dan lelah melakukan amar makruf nahi mungkar, tidak pernah lelah menyuarakan akan siksa pedih dari sisi Allah bagi mereka yang mengambil kaum kafir menjadi teman/penolong mereka, serta terus mendakwahkan Islam dan memperjuangkan penerapan syariah Islam secara menyeluruh yang akan mewujudkan rahmat Islam untuk seluruh manusia. [VM]

Posting Komentar untuk "Hai Delegasi, Apa Tujuanmu ke Israel?"