Jangan Bagi-Bagi Musibah (BBM) di Tahun 2017
Oleh : S Rofiul Haq
(Syabab HTI Bondowoso)
Seperti biasa tiga hari sekali saya pasti mengisi kendaraan dengan jenis BBM tertentu. Kali ini ada yang aneh dan membuat kaget, dengan jumlah rupiah yang sama tangki kendaraan tidak penuh. Petugas SPBU cepat tanggap dan berkata: ” maaf pak, mulai dini hari tadi BBM naik”. Seketika muncul rasa kecewa, jengkel, marah dan lainya. Negeri ini didirikan adalah untuk menakmurkan rakyat, namun apa yang terjadi malah sebaliknya. Pikiranku segera melayang jauh ingat suatu masa. Saat kholifah Umar bin Abdul Aziz menugaskan pejabatnya setiap habis jumatan untuk mengumumkan pada rakyatnya: “Siapa yang punya hutang maka Negara akan melunasi. Siapa yang ingin berusaha/bekerja maka Negara akan memberikan modal gratis, dan siapa yang ingin menikah sementara tidak punya biaya maka Negara akan membiayainya.”
Kemakmuran ketika sistem islam diterapkan terebut terbalik 360 derajat dengan kondisi saat ini. Area manager communication and relation PT Pertamina region Jawa bagian barat menerangkan, “Untuk harga BBM non subsidi memang patokannya dari harga minyak dunia. Kita selalu evaluasi perdua minggu sekali”. Demikian ucap Yudi Nugraha saat dihubungi Kompas Otomotif, Kamis (05/1/2017). Kebijakan mengevaluasi perdua mingguan tersebut jika diterapkan bisa kita bayangkan betapa berat dan frustasinya rakyat. Ini adalah bentuk musibah yang Negara timpakan pada rakyatnya, dan luar biasanya musibah ini selalu berulang menjadi agenda rutin.
Merespon kebijakan tersebut wakil ketua DPR-RI Fadli Zon mengkhawatirkan pemerintah melihat soal soal tersebut hanya dari sisi penerimaan Negara semata, tidak memperhitungkan dampak ekonominya bagi kehidupan masyarakat. Juga menurutnya,berbagai kenaikan itu sebagai bukti jika pemerintah lebih suka mengorbankan masyarakat demi menyelamatkan kepentinganya sendiri.(Jawapos.com 5/01/2017). Respon wakil rakyat tersebut tidak bisa mempengaruhi keputusan pemerintah.
Demokrasi Membagi Musibah
Ratusan seminar pakar, ribuan artikel ahli, jutaan nasehat dan protes bahkan mulut penuh busa rakyat yang masih peduli pada negeri tercinta ini hingga jeritan tangisan pilu rakyat jelata dikolong-kolong jembatan tentang beratnya beban yang akan ditanggung akibat kenaikan BBM, tidak sanggup menghentikan dan merubah kebijakan yang tidak bijaksana itu. Luar biasa penguasa negeri tercinta ini, begitu kuat dan teguh pendirian,meski jutaan rakyat tidak menghendaki apa yang menjadi kebijakanya.
Awal bencana dan musibah rakyat masalah BBM adalah ketika pemerintah menerbitkan UU no 22/2001 tentang migas. Undang-undang tersebut sangat pro kapitalis dan mengabaikan hak rakyat. Musibah ini bisa terjadi karena sistem demokrasi kapitalis. Sebuah sistem buatan manusia yang tidak menjamin apa-apa. Sebaliknya menawarkan kesempatan untuk berhasil serta resiko kegagalan. Sebuah sistem peninggalan Yunani kuno. Berkenaan dengan BBM jika sistem ini diterapkan Negara secara berkala akan membagikan musibah dunia - akhirat pada rakyatnya .
Musibah pertama adalah musibah dunia. Demokrasi merupakan ajaran utama kapitalis menjadi alat resmi dan sah untuk menguasai dan merampok kekayaan rakyat. Berbekal pada keputusan wakil rakyat berupa perundang-undangan, pemilik modal dengan tenang dan aman merampas dan menguras ladang-ladang migas yang ada. Lebih rinci musibah itu bisa berupa pengelola migas mayoritas warga asing,rakyat harus rela bahan-bahan mentah hasil pengeboran dibawa keluar negeri dengan harga obral. Bahkan nyaris gratisan dan setelah kembali masuk kedalam negeri rakyat harus membelinya dengan harga yang berlipat-lipat. Aneh bin lucu, pemilik barang membeli barangnya sendiri dari orang lain. Fakta ini terjadi bertahun-tahun dan akan terus terusan, Ini bukan mimpi apalagi dongeng pengantar tidur.
Musibah kedua adalah musibah akhirat. Ketika demokrasi mengharuskan pengaturan dan pemanfaatan BBM diserahkan sepenuhnya pada akal mausia yang terbatas sebebas bebasnya dan meniadakan campur tangan pencipta pemilik sah BBM tersebut. Demokrasi kapitalis menihilkan peran agama. Agama dan nilai-nilai spiritual ditinggalkan dan dijauhkan. Sehingga migas dan BBM ini tidak terpengaruhi sedikitpun peran agama. Padahal pencipta mempunyai aturan sendiri tentang kepemilikan dan pemanfaatannya. Menurut sistem islam migas/BBM adalah barang milik umum yang harus dikelola Negara dan dikembalikan pada rakyat selaku pemilik yang ditunjuk oleh pencipta dan haram diserahkan pada swasta lebih-lebih swasta asing.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal,yaitu pada rumput,air dan api”.HR.Imam Abu Dawud.
Aturan dari pencipta dan pemilik sah ini diabaikan begitu saja dan lebih mengutamakan keinginan pemilik modal. Ini adalah musibah terbesar dalam kehidupan manusia karena menyangkut keimanan. Adakah yang lebih berharga dalam hidup ini dari iman kita pada sang pencipta, Allah swt?. Musibah dunia mungkin bisa kita tanggung bersama-sama namun musibah akhirat kemana kita akan berbagi? Kepada pemimpin, toh mereka lebih berat pertanggungjawabanya kelak. Buru-buru mikir rakyat,mikir diri sendiri saja mana tahan.
Buang Musibah, Raih Rahmat
Musibah demi musibah yang menimpa negeri ini termasuk musibah kenaikan BBM pangkalnya ada pada diterapkannya sistem demokrasi. Negeri ini harus segera mengakhiri musibah ini sebelum musibah lebih besar terjadi. Cara cerdas dan berpahala dalam membuang musibah tersebut adalah dengan mencampakkan sistem kufur demokrasi, sistem yang rusak dan merusak. Kita kubur segera sistem demokrasi dan jangan pernah dibangkitkan kembali.
Dan sebagai gantinya,kita terapkan sistem sempurna yakni sistem islam rahmatan lil alamin. Syariahnya yang mulia dan adil dalam bingkai Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian. Sistem yang memang didesain pencipta untuk memakmurkan dunia secara umum, tidak hanya muslim non muslimpun akan merasakan kesejahteraan. Maka, habislah musibah terbitlah rahmat niscaya kan terjadi. Wallahu a’lam bish showab [VM]
Posting Komentar untuk "Jangan Bagi-Bagi Musibah (BBM) di Tahun 2017"