Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masyarakat Kapitalis dan Hilangnya Rasa Aman


Khawatir dan was-was inilah perasaan yang menghinggapi masyarakat saat ini. Bagaimana tidak? Berbagai kasus kriminalitas mulai dari aksi pembunuhan, pencurian, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain berseliweran silih berganti menghiasi media online dan offline yang ada dinegeri ini. Kasus terakhir yang ramai diperbincangkan adalah kasus perampokan dan pembunuhan di Pulomas dengan cara menyekap 11 orang korban dalam kamar mandi yang berakhir dengan meninggalnya 6 korban. Sungguh menyedihkan dan memunculkan pertanyaan, ada apa dengan manusia dinegeri ini? Kenapa Negeri yang telah dikarunia kekayaan alam yang begitu melimpah dengan karakter penduduk yang sejak dulu dikenal dengan kelemahlembutannya dan kesopanannya berubah menjadi brutal, kasar dan sadis? 

Menjadi sebuah renungan, bahwasannya perubahan sikap seseorang tidak lepas dari kondisi lingkungan tempat tinggalnya, bahkan system yang berlaku di negeri tersebut. Karena peraturan dan perasaan yang ada di dalam masyarakat  akan memberikan pengaruh terhadap perilaku dan gaya berfikir seseorang. Apalagi jika seseorang itu belum memiliki pondasi pemikiran sendiri maka akan sangat mudah diombang ambingkan oleh keadaan. Tentunya kita masih ingat nasehat yang menyebutkan bahwa apabila kita berkumpul dengan penjual minyak wangi maka akan kecipratan wanginya. Dan apabila kita berkumpul dengan penjual rokok maka kita pun akan terkena asap bau rokoknya. Demikianlah juga dengan sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itulah Nabi saw memerintahkan umatnya untuk berkumpul dengan orang-orang shaleh dan berhati-hati dalam memilih teman.

Selain daripada itu system sekuler kapitalis yang melingkupi Negara ini berandil besar dalam pembentukan karakter seseorang. System sekuler yang mengajarkan untuk melepaskan agama dalam kehidupan keseharian membawa dampak tumbuhnya sikap yang jauh dari nilai-nilai spiritualitas. Padahal jiwa kemanusiaan yang ada dalam diri manusia akan tumbuh subur dan memetik kemuliaan akhlaq ketika dipupuk oleh keimanan, kesadaran akan pengawasan Alloh dan pertanggungjawabannya nanti di akhirat kelak. Sehingga mental dan sikap ini tidak bisa dilepaskan begitu saja sebagai tanggungjawab individu. Harus ada pembinaan dari Negara dan dukungan dari masyarakat untuk menjadi baik, hingga kemudian yang tumbuh adalah sikap saling meyayangi, memaafkan, saling menjaga keamanan dan ukhuwah. 

Adapun factor lain yang mempengaruhi maraknya kriminalitas ini adalah system sanksi yang ada dinegeri ini. System sanksi yang belum memberikan rasa takut kepada oknum kejahatan. Sehingga terkadang ada pelaku kejahatan yang berani mengulangi lagi tindak kejahatannya tersebut. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 340 disebutkan bahwa pembunuhan dengan sengaja dan dengan direncakan dikenai hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Adapun pada prakteknya hukuman mati bagi pelaku pembunuhan dinegeri ini masih sangat jarang dilaksanakan. 

Ambil contoh pembunuhan Engeline Margriet Megawe dimana pelaku hanya dijatuhi hukuman seumur hidup (m.tempo.co, 29/2/2016). Padahal pembunuhan ini sungguh sadis dan disengaja, sehingga pantas menerima hukuman mati. 

Adapun dalam sistem Islam pelaku pembunuhan  yang disengaja dan dilakukan orang yang sudah baligh dan tidak dimaafkan oleh ahli waris korban maka akan dijatuhi hukuman qishos. Jika dimaafkan pelaku wajib membayar diyat 100 ekor unta, 40 ekor diantaranya bunting. Adapun pembunuhan karena salah maka diyatnya 100 ekor unta atau 1000 dinar.  Sedemikian berharganya nyawa seorang muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Pembunuhan seorang muslim lebih agung disisi Alloh daripada lenyapnya dunia ini” (HR. an Nasai). Inilah sanksi yang diberikan Alloh kepada pelaku pembunuhan. Sanksi yang memberikan efek jera bagi manusia untuk melakukannya. Dan system sanksi yang demikian ini akan dapat ditegakkan bila ada Kekhilafahan Islam. Karena sang khalifah akan menerapkan keseluruhan aspek hukum dalam Islam. Maka sudah saatnya umat Islam bersatu berjuang bersama mewujudkan kehidupan Islam yang dirindukan ini. Aamiin. [VM]

Pengirim : Puji Astutik (Syabah HTI Chapter UIN Sunan Ampel)

Posting Komentar untuk "Masyarakat Kapitalis dan Hilangnya Rasa Aman"

close