Palestina : Menjadi Pengungsi di Negerinya Sendiri
Dikutip Turkish Minute, Rabu (13/12), dikabarkan 57 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, Turki menyatakan pengakuannya kepada Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara Palestina. Dalam KTT luar biasa OKI, mereka juga mengajak negara-negara lain untuk mengikuti deklarasi tersebut.
"Kami menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Negara Palestina dan mengundang semua negara untuk mengakui Negara Palestina dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," menurut pernyataan resmi usai pertemuan puncak luar biasa tersebut
Komentar
Kita melihat masyarakat menentang pengakuan Trump terhadap Yerusalem sebagai ibukota Zionis karena bertentangan dengan proses perdamaian yang akan mengarah pada solusi 'dua negara' berdasarkan pada perbatasan tahun 1967. Kita juga melihat ada banyak penguasa yang menyerahkan masa depan Yerusalem diserahkan secara sepihak oleh Amerika dan penjajah Zionis.
Kalaupun negeri-negeri muslim bersepakat atas solusi dua negara, yaitu sebuah negara untuk negara Palestina berdampingan dengan Zionis, kita patut bertanya seperti apa keadaan negara Palestina. Tepi Barat dan Gaza tidak bisa menjadi negara yang nyata mengingat keamanan, ekonomi, pertahanan, dan politiknya akan tunduk pada kepentingan Israel. Solusi pengakuan atas kedaulatan Palestina dengan tidak menghapus hegemoni penjajah, kemerdekaan ini hanya akan jadi nama saja, namun kenyataannya, pendudukan akan terus bergerak dengan kedok yang disebut 'kemerdekaan'.
Kita sadar, solusi dua negara dan jalur negosiasi adalah jalan untuk menyerahkan 78% tanah Palestina kepada penjajah, bahkan jika Yerusalem Timur dijadikan ibukota Palestina maka dalam sudut pandang Islam ini sepenuhnya haram, keharaman menyerahkan tanah Islam dianggap pengkhianatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Kita perlu ingat apa yang disebut solusi 'dua negara' Ini bukan sebuah solusi riil, melainkan cara untuk melegitimasi pendudukan seluruh Palestina. Ini adalah rencana Amerika untuk menundukkan umat mulia ini terhadap kebrutalan dan pembunuhan, sementara mereka menjarah kekayaan dan sumber daya umat dan mencoba menanamkan dominasi mereka di dunia Muslim.
Kita juga jangan lalai, bahwa watak politik Amerika memusuhi Islam dan tidak ramah kepada kaum Muslim, sekaligus gembong tirani di dunia, saat secara resmi mengakui kota Yerusalem sebagai ibukota entitas zionis, hal ini tidaklah mengherankan. Karena AS mengambil peran atas perlindungan untuk entitas Yahudi tersebut. Dan AS pula yang menyatakan perang salib melawan negara-negara Muslim dan menghancurkan Irak dan Afghanistan, membunuh dan mengungsikan jutaan Muslim, dan masih melakukan perang terhadap Islam dan Muslim atas nama perang melawan terorisme, dan ini adalah perang yang satu yang menumpahkan darah umat Islam di Suriah.
Israel adalah entitas yang merampas, yang harus dihilangkan dan kaum muslim memiliki tanggung jawab menyelamatkan al-Aqsa dan mengembalikannya ke pangkuan umat Islam kembali. Dan deklarasi pengakuan resmi Amerika atas kota Yerusalem sebagai ibukota Israel hanyalah sebuah episode dalam rangkaian permusuhan historis dan terus berlanjut terhadap Islam dan Muslim. Tidak ada yang mampu menghentikan kesombongan Amerika kecuali umat Islam bangkit sebagai kekuatan adidaya baru. Jadi, umat Islam jangan gagal untuk membangunnya, dengan begitu Anda mampu memotong makar musuh Anda dari gangguan di negeri-negeri Anda. [vm]
Penulis : Umar Syarifuddin (Pengamat Politik Internasional)
Posting Komentar untuk "Palestina : Menjadi Pengungsi di Negerinya Sendiri"