Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis Dibalik Persekutuan Militer India – Cina…

 China's Defense Minister Wei Fenghe shakes hands with his Indian counterpart Nirmala Sitharaman before their meeting in New Delhi, India August 23, 2018. REUTERS/Stringer
Oleh : Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)

Setelah sebelumnya Cina bersitegang dengan India terkait wilayah sengketa dataran tinggi Doklam, Himalaya. Kini India memeperkuat persekutuan dengan Cina ditandai dengan kesepakatan memperluas hubungan militer. Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe, melakukan lawatan ke India, mengatakan kepada Perdana Menteri India Narendera Modi pekan ini persahabatan kedua negara kembali ke zaman kuno. Hasil pertemuan diputuskan untuk memperluas hubungan antara angkatan bersenjata mereka dalam hal pelatihan, latihan bersama serta interaksi-interaksi profesional lainnya.
Kedua Negara ini tumbuh menjadi dua kekuatan baru yang saling bersaing di tingkat regional, ditandai dengan pengembangan senjata nuklir, ekonomi yang sedang berkembang, perluasan anggaran militer dan tampaknya bersaing untuk memiliki pengaruh di wilayah di Asia Selatan, Samudra Hindia, Teluk Persia, hingga Afrika. 

Sejarah panjang pertikaian antara militer India dan Cina sebelumnya yang menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda penyelesaian masalah.  Disaat Cina melakukan restorasi militernya, maka Barat-Rusia-Jepang bersaing untuk memback- up India untuk menghadapi Cina dengan membangun 16 reaktor nuklir di India. Namun menjadi berbeda ketika Pakistan dan Cina mengumumkan pembangunan dua reaktor nuklir di Pakistan, suara protes yang paling keras di Amerika Barat.

India menolak investasi Cina sebab khawatir investasi yang dilakukan oleh perusahaan dan bank Cina akan membebani utang negara dan stabilitas tenaga kerja lokal. Cina kini merupakan negara dengan ekonomi terdepan di dunia, bersaing dengan Jepang dan Amerika Serikat, sementara India baru diperkirakan akan beranjak ke posisi kelima, menggantikan Inggris. Perbedaan kekuatan kedua negara memang cukup signifikan, tapi persaingan ketat sudah dimulai sejak dini.

Sementara pemerintah Amerika tampak agresif mendukung penguatan militer India, termasuk kebijakan kerjasama teknologi nuklir, sesuai perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintahan Bush dengan India pada tahun 2005. Pada saat itu, pemerintah Amerika pasang badan untuk mendapatkan surat pernyataan dari Nuclear Suppliers Group (NSG) untuk bias bekerjasama nuklir dengan India; kongres Amerika mengangkat moratorium AS tiga-dekade atas perdagangan nuklir dengan India. Langkah ini secara efektif membuka pintu bagi kekuatan lain di Prancis, Rusia, Kazakhstan, Korea Selatan, dan Jepang semua untuk mengklaim bagian di pasar nuklir India untuk mengeruk keuntungan. 

Kebijakan politik yang kontras tampak pada kebijakan Amerika atas nuklir Iran, AS mengancam Iran, meskipun Iran tidak memiliki kemampuan nuklir, berbeda dengan India yang telah menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Namun Amerika telah memutuskan untuk memanfaatkan ancaman Iran yang diduga untuk mengembangkan dan menyebarkan sistem pertahanan rudal di Polandia dan Republik Ceko, untuk mengasingkan Rusia.

Ideologi demokrasi – kapitalis Amerika yang penuh kemunafikan mengekspos kebenaran ada campur tangan kebijakan kolonialisasi Barat atas masa depan India. Saat ini India dianggap melesat secara ekonomi. India juga ingin mengakhiri kemiskinan yang menjadi ciri khas Demokrasi sendiri. Dibalik kapitalisme India membuka Negara ini untuk penghancuran ekonomi melalui kebijakan kapitalis dan kolonialis. Demokrasilah yang menjamin privatisasi sumber-sumber pendapatan besar dan kemudian membebani seluruh penduduk dengan memundurkan pajak untuk menutupi kekurangan itu. Para penguasa India ingin menjanjikan lebih dari yang sebelumnya karena mereka sepenuhnya berkomitmen pada sistem kapitalis saat ini dan perjanjian dengan lembaga keuangan kolonialis. 

AS ingin meminjam kekuatan India untuk menyaingi agresivitas politik dan militer Cina. Di saat yang sama, AS mengendalikan Pakistan untuk bersaing secara terbuka dengan India. AS meminjam kekuatan India dan Pakistan untuk membendung ekspansi politik dan militer Cina, sekaligus menggunakan kedua Negara tersebut untuk membendung potensi adidaya baru Khilafah Islam yang berpotensi berdiri di Asia Selatan dan Asia Tengah.  Terhadap Pakistan AS terus bekerja untuk mengubur masalah Kashmir guna memfasilitasi kebangkitan India sebagai kekuatan dominan menyaingi Cina dan Rusia. Dan AS bekerja untuk membentuk perjanjian damai di Afghanistan dengan dukungan Pakistan, untuk mengamankan kehadiran militer permanen AS di sana, tepat di depan pintu negara bersenjata nuklir Muslim satu-satunya di dunia. Ironisnya penguasa Pakistan mengumumkan kesediaannya untuk bersekutu dengan AS dan mendukung rencananya untuk India dan Afghanistan. [vm]

Posting Komentar untuk "Analisis Dibalik Persekutuan Militer India – Cina…"

close