Jalan Tol Demi Rakyat, Benarkah ?
Dari isi pernyataan tersebut ada dua hal yang perlu dikkritisi. Pertama, Memberikan Sarana dan Prasarana termasuk jalan tol merupakan sebuah Kewajiban yang harus dilakukan oleh Pemerintah kepada rakyat secara keseluruhan tanpa memandang status, budaya, etnis ,golongan dan lain-lain. Maka sungguh tidak layak jika melarang segolongan rakyat hanya karena segolongan rakyat tersebut tidak satu kubu. Sehingga semakin terlihat jelas bahwa pekerjaan yang selama ini dilakukan ternyata “tidak ikhlas” semata-mata demi rakyat, tetapi hanya untuk mendapatkan dukungan demi melanggengkan jabatan serta kekuasaan. Padahal dalam islam, tugas pemerintah adalah ri’ayah syu’un al-ummah yaitu mengurusi urusan umat yang dilandasi pada tunduknya kepada syariat islam serta ketaatan dan ketakwaan kepada Allah.
Kedua, Jalan tol yang telah dibangun tersebut nyatanya tidak dapat dikases oleh seluruh rakyat dengan cuma-cuma melainkan harus merogoh kocek yang dalam terlebih dahulu agar bisa mengakses sarana yang merupakan hak rakyat. Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita bahkan meminta PT Jasa Marga untuk menurunkan tarif tol Trans Jawa. Pasalnya, untuk truk yang menggunakan tol dari Jakarta ke Surabaya tarifnya bisa mencapai jutaan rupiah. "Kan truk itu totalnya sampai Rp 1,5 juta itu ke Surabaya, kalau ukuran truknya makin besar lagi bisa sampai Rp 2 juta, mahal bener itu," kata Zaldy detikFinance, Senin (28/1/2019).
Inilah realitas sistem politik yang ada. Slogan-slogan “Demi rakyat” yang selalu dikumandangkan manis dibibir semata. Pelaksanaan kewajiaban negara dilakukan bukan semata mengharapkan keridhoan Allah dan tidak dilandasi oleh syariat yang diturunkan sang pencipta. Segala tindakan hanya akan diambil jika dan hanya jika memberika keuntungan pribadi dan golongan semata. [vm]
Penulis : Aisyah Muthmainah
Posting Komentar untuk "Jalan Tol Demi Rakyat, Benarkah ?"