Masa Depan Umat Terbaik


Oleh: Nelsa Kurnia (Komunitas BMI Surabaya)

Predikat khairu ummah (umat yang terbaik) adalah hak milik mutlak umat islam yang diberikan langsung oleh Sang Pencipta Semesta dan Pengatur manusia, Allah SWT.  Rasul dan para sahabat telah berjuang mewujudkan predikat tersebut. Begitu pula para khalifah setelah beliau, berhasil membawa Islam menjadi mercusuar dunia. Belum ada yang berani meremehkan kedudukan umat Islam. Jangankan membunuh satu nyawa kaum muslimin, menghina saja tidak ada .

Faktanya kini, belum kering air mata atas peristiwa penembakan 50 orang saudara muslim kita di Cristchurch, New Zealand, kembali hati ini ditusuk dengan video pembantaian 134 petani dan penggembala Muslim di Ogossogou, Mali tengah, Sabtu kemarin. Kaum muslimin dihabisi seperti hama dan dibakar hidup-hidup. Wanita hamil, anak-anak kecil dan orang tua pun tak lepas dari pembunuhan sadis tersebut. 

Umat ini terus diserang. Padahal Allah SWT telah bersumpah dalam hadist riwayat An-nasai, “Hancurnya dunia, lebih ringan disisi-Ku dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” Sementara hingga saat ini sudah tak terhitung nyawa kaum muslimin yang hilang sia-sia. Betul dalam hadist riwayat ahmad dikatakan suatu saat umat ini seperti buih di lautan. 

Aksi-aksi kebencian terhadap umat islam salah satunya dimotori dari presisen AS, Donald Trump, lewat pernyataan-pernyataan dan kebijakan-kebijakannya yang penuh kontroversi dan rasisme. Pada 2015, saat pidato kampanye di depan para pendukungnya, ia menyatakan bahwa Amerika memiliki masalah serius bernama Muslim. Ia juga pernah menyatakan bahwa imigran muslim akan merusak tatanan Amerika. Bahkan Trump mendukung habis-habisan kebijakan Meksiko yang memisahkan 2000-an lebih anak-anak imigran dari orang tuanya lalu dikurung dalam satu sel. 

Tak jauh berbeda sikap yang ditunjukkan oleh Senator Australia Fraser Anning yang justru menyalahkan imigran muslim atas teror Cristchurch. “Penyebab pertumpahan darah sesungguhnya di jalanan Selandia Baru ini adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum Muslim fanatik untuk bermigrasi ke Selandia Baru.” tweet Anning seperti dilansur dari The Telegraph, Jumat (15/3/2019). 

Belum lagi korban perang Suriah, Palestina dan Myanmar yang terus terjadi sampai sekarang.  Teror New Zealand dan Mali baru-baru ini kian sadis, para teroris dengan bangga mendokumentasikan perbuatan biadabnya secara live. Mediapun memberitakan sekedarnya, bahkan untuk menyebut sebagai aksi teroris saja tidak berani, hanya disebut serangan bersenjata yang pada akhirnya dianggap tragedi kemanusiaan. Respon yang diberikan oleh para pemimpin muslim diberbagai wilayah tak lebih dari sekedar kecaman. Tidak ada aksi nyata atau tidakan yang tegas untuk memberi tahu dunia agar jangan pernah lagi menumpahkan darah kaum muslimin.

Setelah satu minggu penembakan berlalu, semua kirim do’a, mengheningkan cipta, karangan bunga dimana-mana, masalah pun selesai dan kaum muslimin memaafkan. Esok hal yang sama akan terjadi lagi dengan respon yang sama. Tidak ada tindakan tegas yang memberi jera agar peristiwa serupa tak terjadi lagi pada kaum muslimin. Tanpa negara yang satu dan merdeka sepenuhnya kaum muslimin tidak dapat mengadukan nasibnya bila diremehkan hingga dibantai. 

Kondisi memilukan ini dimulai saat Menteri Luar Negeri Inggris menyatakan kekhilafahan di turki 3 maret 1924 telah dihancurkan dan tidak akan bangkit lagi. Sejak itulah kita bagai anak ayam kehilangan induk, bahkan khilafah dan islam yang menjadi jantung kekuatan umat di berbagai negeri termasuk Indonesia terus menjadi bulan-bulanan. Padahal sebutan Aceh sebagai Serambi Mekah, dan Madura sebagai Serambi Madinah diberikan oleh khalifah.

Jantung kekuatan inilah yang harus kita kembalikan dan menjadi solusi hakiki atas segara persoalan yang membelit tubuh umat. 2/3 dunia wilayah kaum muslimin harus disatukan dengan iman yang menancap di dada tiap-tiap muslim terlebih pemuda yang menjadi tonggak kebangkitan islam. Terlalu lama kita menderita setelah dikerat-kerat, dipisahkan dalam 55 negara. Pada tiap negara ditanamkan dalam-dalam rasa fanatik atas negaranya sehingga tidak peduli dengan urusan selain dalam negerinya. Itu yang melemahkan kita.  

Imam Nawawi menyampaikan keharusan bagi umat menwujudkan adanya imamah/khalifah yang menegakkan agama bagi orang yang dizolimi. Pontensi yang dimiliki 55 negara kaum muslimin bila bersatu kembali dalam satu kepemimpinan amatlah besar. Pontensi ideologis dan faktor-faktor penunjang yang luar biasa seperti jumlah penduduk, letak strategis geografis, kekayaan alam yang melimpah serta SDM yang handal, Khilafah Islamiyah jelas akan menjadi negara adidaya yang sangat kuat. Kini komunisme sudah runtuh dan kapitalisme pun sekarat menunggu kematiannya. Peradaban islam yang dijanjikan rasul akan segera memimpin kembali. Seperti sebelumnya berdiri dari samudra yang satu ke samudra yang lainnya, negara-negara kafirpun tunduk karena kedigdayaan dan keamanan yang dihadirkannya.  

Memang kita bukan keluarga korban, namun  kita dan muslim di belahan dunia lainnya adalah satu tubuh. Kepedulian kita pada mereka harus diwujudkan dalam bentuk dakwah agar dapat menjalankan kewajiban menegakkan kembali syariat islam kaffah dalam naungan khilafah. Kelak diyaumil hisab bila meraka bertanya dimana posisi kita saat mereka ditindas, kita mampu menjawab dengan hujjah yang baik bahwa kita tidak diam. Kita terus  berjuang, berjibaku dan bersabar hingga akhir hayat dengan seluruh daya untuk menyadarkan kaum muslimin bahwa khilafah adalah milik umat islam dan yang akan melindungi tumpah darah kaum muslimin. Menjadikan mereka cerdas atas islam kaffah. Itulah tanggung jawab bersama setiap jiwa yang beriman. [vm]

Posting Komentar untuk "Masa Depan Umat Terbaik"