Tidakkah Ruhul Jihad Kita Bangkit Menyaksikan Berbagai Kezaliman?
Oleh : Fajar Kurniawan
Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Keutamaannya telah secara berulang diungkap oleh para ulama, pada bulan ini juga terjadi banyak peristiwa penting. Penyebaran Islam, perluasan pengaruh, penggabungan beberapa daerah ke dalam kekuasaan Islam, dan penghentian kezhaliman terlihat dominan terjadi pada bulan penuh berkah ini.
Salah satu peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah saw. adalah kemenangan dalam Perang Badar.Perang ini terjadi pada bulan Ramadhan, dengan kekuatan pasukan yang sangat tidak berimbang. Jumlah pasukan Quraisy sekitar 1.000 orang, dengan 100 pasukan berkuda dan 700 unta. Mereka dilengkapi dengan aneka makanan dan wanita-wanita penghibur. Sebaliknya, jumlah pasukan Islam hanya 315 orang, dengan perlengkapan yang sangat terbatas. Pasukan Islam dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad saw. dengan kendaraan perang hanya dua ekor unta.
Kemenangan umat Islam dalam Perang Badar itu dipilih Allah terjadi pada bulan Ramadhan. Pada bulan ini pula terjadi peristiwa Fath Makkah(Pembebasan Kota Makkah) oleh kaum Muslim.
Pada masa Rasulullah saw., beberapa peristiwa penting lain juga terjadi pada bulan Ramadhan, di antaranya adalah: Nuzulul Quran; dimulainya kewajiban zakat fitrah (tahun kedua Hijrah); dimulainya persiapan untuk Perang Khandaq (tahun kelima Hijrah); Rasulullah menerima wahyu kabar gembira akan ditaklukannya kota Makkah (tahun kedelapan Hijrah); Rasulullah mulai mengirim beberapa utusan untuk menghancurkan berhala-berhala yang terkenal waktu itu (juga pada tahun kedelapan Hijrah); terjadi Perang Tabuk dan Rasulullah kembali dari peperangan itu pada bulan yang sama, utusan Thaif datang ke Madinah untuk menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah, dan utusan raja-raja Himyar menyatakan diri masuk Islam (tahun kesembilan Hijrah); Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman dengan membawa surat dari Beliau untuk penduduknya, khususnya kabilah Hamadan yang seluruhnya masuk Islam dalam satu hari (tahun ke-10 Hijrah).
Lebih dari itu, banyak peristiwa lain yang terjadi pada bulan Ramadhan sepeninggal Rasulullah saw. Muhammad Sa’id Mursy dan Qasim Abdullah, dalam bukunya, Ramadhaniyat, mencatat sejumlah peristiwa penting di antaranya sebagai berikut.
1 Ramadhan:
1 Ramadhan 587 H. Terjadi penghancuran dan penguasaan kota ‘Asqalan yang merupakan pintu masuk menuju kota al-Quds. Penghancuran dan penguasaan kota ini dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayyubi sebagai strategi menahan laju kekuatan kaum Salib (Kristen) yang akan merebut kota Quds. Pada hari penaklukannya Shalahuddin al-Ayyubi berkata, “Demi Allah, sesungguhnya penghancuran benteng di ‘Asqalan lebih aku sukai walaupun aku harus kehilangan seluruh anakku. Sebab, penguasaan ‘Askalan adalah demi kemaslahatan Islam dan kaum Muslim.”
Pada 584 Hijrah, Salahuddin Al-Ayyubi mengalahkan tentara Salib dan membebaskan sebagian besar negeri yang pernah dikuasai oleh pihak Salib (Kristian). Kemudian tentera Islam yang dipimpinnya terus berperang dan berjaya merampas Benteng Shafad yang kuat. Peristiwa ini terjadi pada pertengahan Ramadhan.
3 Ramadhan:
3 Ramadhan 825 H. Pada hari ini Sultan Murad II dari Kekhalifahan Utsmaniyah mengadakan pengepungan kota Konstantiopel dalam rangka menaklukan dan memasukannya dalam naungan Khilafah. Sayang, setelah sekian waktu peperangan berkecamuk dengan sangat dasyatnya, beliau gagal dan akhirnya kembali ke pusat pemerintahannya tanpa membawa hasil yang diharapkan.
6 Ramadhan:
6 Ramadhan 223 H. Al-Mu’tasim Billah, seorang khalifah ‘Abasiyah, mengepung kota Amuriyah yang merupakan benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium di Asia kecil. Usaha beliau berhasil dengan ditaklukannya kota tersebut.
8 Ramadhan:
8 Ramadhan 789 H. Khalifah al-Mu’tasim Billah pada hari ini mengumumkan kepada rakyatnya, “Siapa saja yang merasa dizalimi dan memiliki perkara yang mengantar pada permusuhan maka datanglah kepada saya pada hari Ahad dan Rabi untuk menyelesaikan permasalahannya.” Tradisi ini baru dimulai pada masa beliau dan selanjutnya diikuti oleh para khalifah setelah beliau.
23 Ramadhan:
23 Ramadhan 1270 H. Pada hari ini kekuatan militer Rusia di bawah pimpinan Marsyal Bernes menghentikan kepungannya terhadap kota Selestriya yang terletak di wilayah Crimea. Pengepungan yang terjadi selama 35 hari ini tidak membawa dampak yang berarti bagi kekuatan Khalifah Utsmaniyah, walaupun kekuatan militer Rusia mencapai 60 ribuan, sementara tentara Utsmaniyah hanya berjumlah 15 ribu orang.
25 Ramadhan:
25 Ramadhan 658 H. Terjadi Perang Ain Jalut antara kaum Muslim dan Tartar. Perang ini merupakan perang besar dalam sejarah Islam. Dalam perang ini, Tartar mampu menguasai banyak daerah Islam dan menjatuhkan Khilafah Abbasiah. Mereka juga berhasil membunuh Khalifah Mu’tashim Billah di Baghdad pada tahun 656 H / 1256 M. Ekspansi Tartar meluas sampai wilayah Gaza di bawah pimpinan Hulagu. Kemudian Hulagu mengirim kurir untuk meminta kepada Sultan Mamluki “Quds” agar tunduk di bawah kekuasaan Tartar. Permintaan ini ditolak oleh Sultan Quds karena menunjukan kehinaan dan kelemahan. Lalu beliau memutuskan untuk menghadapi Tartar dalam pererangan. Selanjutnya, pada hari Jumat tanggal 25 Ramadhan 658 H bertepatan dengan 6 September 1260 M bertemulah dua pasukan besar di wilayah Ain Jalut. Peperangan ini akhirnya berakhir dengan kemenangan kaum Muslim.
28 Ramadhan:
28 Ramadhan 92 H. Kaum Muslim di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad membuka Andalusia (Spanyol). Peristiwa ini dikenal dengan sebutanFutuh Andalusia. Thariq bin Ziyad menyeberangi selat antara Afrika dan Eropa atas perintah Musa bin Nushair, penguasa Islam kala itu. Ketika pasukan Islam sudah sampai di seberang, diperintahkannya agar kapal-kapal perang Islam dibakar. Kemudian ia berpidato didepan pasukannya, “Musuh di depan kalian. Jika kalian mundur maka lautan dibelakang kalian.”
Langkah yang beliau ambil dalam membangkitkan semangat kaum Muslim sangat tepat. Tidak ada lagi jalan untuk mundur. Yang ada hanyalah berjuang ‘mati-matian’ dan mengharap pertolongan Allah. Berturut-turut kota demi kota jatuh ke tangan kaum Muslim. Akhirnya, pada bulan Ramadhan jatuhlah Andalusia ke tangan kaum Muslim. Sejarah mencatat bahwa di kemudian hari Andalusia menjadi pusat ilmu pengetahuan dan menjadi mercu peradaban manusia di zamannya. Kemajuan teknologi yang diperoleh orang-orang Eropa zaman sekarang hanyalah merupakan perpanjangan teknologi umat Islam masa silam.
Melihat deretan sejarah mengagumkan, selayaknya bulan Ramadhan adalah bulan untuk menggapai rahmat dengan cara mewujudkan ketakwaan personal maupun kolektif/sosial atau dalam konteks negara. Karena itu, pada bulan ini sejatinya terjadi peningkatan keberpihakan umat Islam pada penegakkan syariah sekaligus upaya memperjuangkan penerapannya. Bulan Ramadhan hendaknya menjadi momentum untuk semakin membersihkan pikiran dan mensucikan hati hingga memiliki daya pembeda antara haq dan yang batil sekaligus mengikuti kebenaran Islam dan menjauhi ajakan setan, baik yang berwujud jin maupun manusia.
Karena itu, sudah selayaknya pula setiap Ramadhan umat Islam membangkitkan ruhul jihad, untuk melengkapi ruhul ‘ibadah. Sudah selayaknya umat Islam pada bulan ini menyadari kembali setiap ancaman musuh, yakni Negara imperialis, yang selalu menaruh dendam dan kebencian terhadap mereka. Sudah terlalu banyak bukti betapa kaum kafir demikian memusuhi umat Islam. Pembunuhan massal oleh Amerika di Afganistan dan Irak serta kebrutalan Israel terhadap rakyat Palestina yang didukung Barat hanyalah secuil ‘kejahatan mereka’ terhadap umat Islam.
Bahkan George W Bush’s menegaskan akan menyerang siapapun yang menginginkan pendirian kembali Kekhilafahan Islam di Timur Tengah, sebagai bagian dari “perang melawan teror”. Padahal, seluruh ulama mu’tabar sepakat wajibnya kaum Muslim memiliki khilafah sebagai penegak syariat dan penyatu umat. Dalam pidatonya pada konvensi Tentara Amerika ke-89, Bush kembali berbicara mengenai “ekstremis” yang harus dilawan Amerika. Dia berbicara dalam konteks sensasional bahwa “ekstremis” adalah “keinginan untuk menjejalkan visi gelap yang sama sepanjang Timur Tengah dengan menegakkan Kehhilafahan radikal dan penuh kekerasan yang wilayahnya merentang dari Spanyol ke Indonesia”. Sungguh, ini ungkapan provokatif dan cerminan ideologi penuh kebencian.
Pada bulan Ramadhan ini, tidakkah ruhul jihad kita bangkit menyaksikan secara kasat mata berbagai kezaliman negara-negara kafir terhadap Islam dan kaum Muslim? Sudahkah diri kita merupakan bagian dari kaum Muslim yang berjuang melenyapkan kezaliman dengan menegakkan Islam? Belum tibakah saatnya bagi kita untuk meneladani generasi salafush-shalih yang justru meningkatkan intensitas ibadah, kepedulian, dan ruh perjuangannya pada bulan Ramadhan? [vm]
Posting Komentar untuk "Tidakkah Ruhul Jihad Kita Bangkit Menyaksikan Berbagai Kezaliman?"