Trump dan Iran, Bagaikan Serial “Tom and Jerry”
Presiden AS Donald Trump melakukan kontak telepon dengan Muhammad bin Salman setelah ia mengungkapkan rincian serangan militer yang akan ia arahkan ke Iran. Tetapi putusan itu diamandemen 10 menit sebelum dilaksanakannya. Sementara Washington mengadakan rapat darurat dengan Dewan Keamanan mengenai Iran.
**** **** ****
Presiden Amerika terus menegaskan bahwa Amerika tidak ingin berperang dengan Iran. Sementara Kongres menekankan pendekatan yang sama. Iran, sejak awal serangan yang sifatnya penekanan mengatakan melalui lisan Pemimpin Tertinggi Iran, Khamenei, sekaligus Presiden Republik Iran dan Komando Pengawal Revolusi, bahwa “tidak akan pernah ada perang”. Meskipun berbagai peristiwa yang sifatnya penekanan terus dilakukan Iran, mulai dari serangan terhadap empat kapal tanker minyak di perairan Uni Emirat Arab (UEA), kemudian serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman, dan berikutnya penembakan jatuh pesawat mata-mata AS, namun demikian pernyataan para pejabat Amerika tetap menekankan pentingnya perjanjian nuklir dengan Iran, dan mengesampingkan tindakan militer apa pun. Setelah pesawat mata-mata Amerika dijatuhkan, Trump mengatakan bahwa beruntung di dalam pesawat itu tidak ada personel Amerika, jika ada pasti kita akan membalasnya secara militer. Trump kembali memuji Iran, ketika Iran menahan diri untuk tidak menyerang pesawat yang mengangkut 38 tentara Amerika, dan telah berada di sasaran target, pada hari Selasa (18/06/2019).
Jadi bukan rahasia lagi, sekalipun bagi mereka yang tidak mengerti sifat hubungan antara Amerika dan Iran. Amerika, melalui kesepakatannya dengan Iran, menaikkan panasnya krisis di Teluk, dan ini selalu digunakan untuk terus memeras para syaikh Teluk dan menjaga kepentingan-kepentingan Inggris dan Amerika. Ini bukan hal baru. Amerika telah menggunakan orang-orangan sawah ini sejak Perang Teluk pertama antara Iran dan Irak. Kemudian setelah Perang Teluk Kedua, di mana Amerika memberlakukan pemblokadean selama 12 tahun terhadap Irak, yang berakhir dengan pendudukan Irak, dan penggulingan Saddam, serta penyerahan kunci-kunci Irak kepada Iran untuk pengaruh Amerika sepenuhnya.
Tidak ada pembenaran apapun bagi Amerika untuk menyerang Iran. Justru sebaliknya, ada banyak pembenaran untuk memberi Iran penghargaan karena telah membantu Amerika memperluas pengaruhnya di Teluk dan di Transoxiana (negeri-negeri di luar dua sungai). Bahkan, selama perang Amerika dengan Uni Soviet di Afghanistan, Iran memberi Amerika berbagai fasilitas yang begitu luas, mulai dari intelijen, penaklukan suku-suku, dan penyelundupan senjata, hingga Iran menjadi kekuatan paling berperan di Afghanistan untuk kepentingan Amerika.
Seorang mantan Duta Besar Amerika untuk Afghanistan mengatakan bahwa ketika berbagai pembicaraan dengan rakyat Afghanistan yang dipimpin oleh Abdullah Abdullah mencapai jalan buntu tentang masa depan pemerintahan di Afghanistan, serta kehadiran Amerika, disebutkan bahwa Iran menggunakan delegasi Afghanistan untuk menaklukkan rakyat Afghanistan. Ketika Amerika menyerang Irak pada tahun 1990, Iran memberikan bantuan logistik yang sangat penting bagi militer Amerika dan sekutunya, dan mengintensifkan pengepungan Irak sehingga tidak bisa melawan penjajah. Kemudian dalam perang 2003, ketika Amerika mengakhiri pemerintahan Saddam, Iran menggunakan semua pengaruhnya bersama dengan kelompok-kelompok Syiah untuk memberikan dukungan penuh kepada penjajah Amerika.
Jadi tidak mengherankan bahwa Amerika menghadiahi Iran dengan melepaskan tangannya di Irak, lalu Suriah, dan kemudian Yaman. Sebenarnya, hubungan antara Amerika dan Iran tidak terguncang oleh insiden-insiden kebetulan, bahkan insiden nyata sekalipun. Lalu bagaimana jika insiden dibuat dengan persetujuan kedua belah pihak?
Dan bagi mereka yang terlewatkan beberapa dari sejarah modern, ketahuilah bahwa Amerika telah menggunakan intelijen dan perencanaan terbaik yang dimilikinya untuk menggulingkan Syah dan mengangkat Khomeini, guna memperluas pengaruhnya di Teluk, setelah Inggris memutuskan untuk menarik pasukannya dari kawasan ini. Sejak saat itu, Amerika terus-menerus menggunakan Iran untuk memperketat kontrol Teluk, meskipun para syeikhnya tetap menjadikan London sebagai kiblat mereka. Sebab, kesetiaan para penguasa tradisional Teluk adalah ke Inggris. Dengan begitu Amerika tidak dapat beristirahat dengan tenang, dan tidak yakin dengan mereka para pemimpin antek ini, mengingat tikus selalu kembali ke lubang tempat keju. Sehingga Amerika harus tetap menjaga panasnya wilayah itu agar senantiasa tinggi dan krisisnya diperketat, agar tidak perlu khawatir para penjaga kepentingan kembali ke sarang anjing yang telah lama menyusu dari air kencingnya!
Karenanya, semua provokasi timbal balik antara Amerika dan Iran, pertama adalah untuk kepentingan Amerika, dan kemudian untuk kepentingan Iran. Amerika memegang teguh setiap tikus yang terperangkap dalam perangkapnya. Iran mendapat dukungan dari Amerika, terutama yang berkaitan dengan senjata, kekuasaan, dan pengaruhnya di Irak, Suriah, dan Yaman, namun semua itu juga demi kepentingan Amerika.
Sejak munculnya revolusi Khomeini, Amerika dan Iran terus memainkan peran “Tom and Jerry” dalam serial kartun terkenal, yang menghasilkan lebih dari 150 episode darinya. Dari sekian banyak episode itu, selamanya tidak pernah ada permusuhan Tom dan Jerry yang sesungguhnya, meski salah satu dari mereka ingin mengakhiri keberadaan yang lain. Padahal jutaan orang menonton serial Amerika dan Iran (Tom and Jerry) dengan antusiasme yang tak tertandingi, sambil menunggu pukulan kosong salah satu dari keduanya, namun episode berakhir, dan kami kembali menonton episode yang sama. [Dr Muhammad Jilani]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 23 Juni 2019.
Posting Komentar untuk "Trump dan Iran, Bagaikan Serial “Tom and Jerry”"