Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Melemahkan Energi Kebangkitan Umat Islam


Oleh : Bhakti Aditya (Islamic Social Worker)

Ribuan tahun lamanya musuh-musuh Islam melakukan 'try and error', menguji teori dan rencana mereka untuk melemahkan umat Islam. Berbagai cara mereka lakukan untuk menaklukkan negara adidaya bernama Khilafah. Kekalahan demi kekalahan terus mereka alami, namun mereka terus belajar dan mencari celah.

Dalam kitab Daulah Islamiyah karya besar Syaikhona Taqiyuddin an-Nabhani, beliau menggambarkan bagaimana musuh-musuh Islam berupaya sekuat tenaga menghancurkan umat Islam. Dari upaya serangan militer, hingga membangun sekolah-sekolah sekuler di dalam Kekhilafahan. Sampai akhirnya mereka faham, bahwa benteng umat Islam adalah eksistensi sistem Khilafah itu sendiri. Selama khilafah tetap eksis, maka peradaban dan umat Islam akan tetap berjaya. Mereka tidak akan mampu menghancurkan apapun. Upaya mereka pasti sia-sia.

Dalam kitab tersebut, menurut Syaikh Taqiyuddin, selama kurang lebih 800 tahun lamanya perjuangan merobohkan benteng umat Islam, yakni Khilafah, terus dilakukan. Hingga diawal abad 19, rupanya upaya itu mulai membuahkan hasil, dengan lahirnya kelompok Mustafa Kemal Laknatullah 'alaih yang membangun kekuatan politik di Ankara. Keberhasilan mereka paripurna saat Khilafah runtuh di tangan Mustafa Kemal Laknatullah 'alaih pada 3 Maret 1924.

Sejak saat itu, umat Islam telah kehilangan benteng mereka. Maka wajar, perampasan, pengusiran, hingga genosida kemudian dialami umat Islam. Jangan lupakan sejarah tentang kekejaman mereka, para penjajah yang telah berhasil meruntuhkan Khilafah, kepada umat Islam.

Kehidupan umat Islam pasca runtuhnya Khilafah bukan semakin baik. Hingga yang terakhir, kondisi saudara kita di Palestina, genosida di Arakan-Rohingya, hingga penguasa munafiq yang bersekutu untuk membunuh secara perlahan saudara kita di Yaman. Belum lagi soal Suriah.

Lalu, bagaimana gambaran cara meruntuhkan umat Islam? Bagaimana menghentikan kebangkitan umat Islam?

Pertama, Khilafah sebagai Raa'iin (pengurus rakyat) dan Junnah (perisai/pelindung) sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits : 
الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Nabi Muhammad Saw bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).

Dari dua hadits ini dapat kita simpulkan bahwa posisi Khilafah sebagai pengurus rakyat dan pelindung memiliki peran sentral terhadap runtuh dan tegaknya, serta mundur dan bangkitnya umat Islam. Maka cara yang paling ampuh untuk melemahkan umat Islam adalah dengan meniadakan Khilafah dan mengkriminalisasi ide Khilafah sehingga umat Islam diharapkan membenci ajaran ini dan meninggalkan sejauh-jauhnya bahkan tidak berminat untuk menegakkan atau mewujudkannya kembali.

Kedua, munculnya 'pemimpin' antek penjajah yang didandani sedemikian rupa. Sebagian besarnya malah dibuat agar dicintai umat. Hal ini senada dengan sebuah hadits :

Diriwayatkan dari Abu Hisyam as-Silmi yang berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:

سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ يَمْلِكُوْنَ رِقَابَكُمْ وَيُحَدِّثُوْنَكُمْ فَيَكْذِبُونَ، وَيَععْمَلُوْنَ فَيُسِيؤُونَ، لا يَرْضَوْنَ مِنْكُمْ حَتَّى تُحَسِّنُوا قَبِيْحَهُمْ وَتُصَدِّقُوْا كَذِبَهُمْ، اعْطُوْهُمُ الحَقَّ مَا رَضُوا بِهِ.

“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang mengancam kehidupan kalian. Mereka berbicara (berjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari (janjinya). Mereka melakukan pekerjaan, lalu pekerjaan mereka itu sangat buruk. Mereka tidak suka dengan kalian hingga kalian menilai baik (memuji mereka) dengan keburukan mereka, dan kalian membenarkan kebohongan mereka, serta kalian memberi kepada mereka hak yang mereka senangi.” (HR. Thabrani: 934).

Musuh-musuh Islam faham, dalam ajaran Islam, umat Islam tetap tidak bisa dipisahkan dengan urusan politik dan pemerintahan. Maka, mereka mendesain dan memoles para munafiq antek mereka untuk muncul sebagai 'pemimpin' diantara umat. Ada dua hal yang mereka lakukan. Pertama, memunculkan pemimpin yang 'dicintai'. Kedua, mendudukan dan meneguhkan pemimpin zhalim. Kesamaan keduanya adalah sama-sama tidak menerapkan syariat Islam dan menjauhkan umat dari politik Islam yang sesungguhnya.

Ketiga, diterapkannya sistem pemerintahan sekuler dan menyebarkan faham sekulerisme. Untuk melengkapi poin kedua, para penjajah kemudian menyiapkan sistem pemerintahan yang berasaskan sekulerisme (faham memisahkan urusan agama dengan negara) agar tidak ada celah bagi Islam untuk memasuki ranah politik dan pemerintahan. Bahkan dalam sistem sekulerisme, demokrasi yang menjadi metode penerapan hukum benar-benar berhasil mencegah syariat Islam (bahkan hanya sekedar ide) untuk muncul sebagai alternatif solusi. Sekalipun hari ini negara-negara yang menerapkan demokrasi sudah dalam keadaan sekarat.

Hal ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad saw berikut:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ

تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

Dari Abu Umamah Al Bahili dari Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam bersabda: “Sungguh ikatan Islam akan terurai simpul demi simpul. Setiap satu simpul terurai maka manusia akan bergantungan pada simpul berikutnya. Yang pertama kali terurai adalah masalah hukum(pemerintahan) dan yang paling akhir adalah sholat.” (HR. Ahmad – 21139).

Dengan demokrasi, umat Islam dipaksa melepas seluruh simpul-simpul syariat Islam hingga hari ini terbukti sudah banyak orang (muslim) yang berani meninggalkan shalat.

Keempat, memunculkan kelompok-kelompok diantara umat Islam namun dengan konsep yang bertentangan dari tujuan pembentukan kelompok dalam Islam. Karakteristik kelompok-kelompok ini meliputi 2 bentuk baku. Pertama, kelompok yang menyibukkan diri dengan urusan fiqih ibadah dan atau urusan kemanusiaan, serta mengesampingkan persoalan muamalah dan fiqih politik Islam. Kedua, kelompok yang memang di-drive menjadi penentang dakwah politik Islam. Wujudnya kini nyata ada di depan mata kita.

Hal ini sejalan dengan firman Alloh ﷻ. Allah ‘azza wa alla berfirman,

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ ممَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (al-An’am: 112)

Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي  أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِددَةً. قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Benar-benar akan terjadi pada umatku apa yang telah terjadi pada Bani Israil mirip layaknya sebuah sandal dengan sandal yang satunya. Sampai-sampai jikalau ada dari mereka yang menggauli ibunya dengan terang-terangan, niscaya pada umatku pun ada yang melakukannya.

Sesungguhnya Bani Israil (dalam riwayat lain, kaum Nasrani, pen.) telah terpecah-belah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah-belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.

Beliau ditanya, ‘Siapakah dia, wahai Rasulullah?’

Beliau menjawab, ‘(Golongan) yang berada di atas jalan yang aku dan para sahabatku berada’.” (HR. at-Tirmidzi no. 2565, dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma; dinyatakan hasan oleh al-Allamah al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan at-Tirmidzi no. 2556, al-Misykat no. 171, dan ash-Shahihah no. 1348).

Kelompok-kelompok ini terbukti berhasil melemahkan bahkan menghabiskan energi kebangkitan umat. Selain itu, mereka juga berhasil mengaburkan visi dan misi perjuangan kaum muslimin di berbagai belahan dunia Islam.

Kelima, perang pemikiran. Pelemahan umat Islam dengan metode ghazwul fikr (perang pemikiran) dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Faham-faham yang bertentangan dengan aqidah Islam disebar ke seluruh negeri kaum muslim. Memasukkannya ke dalam pelajaran-pelajaran di sekolah. Perang pemikiran juga ditujukan untuk membelokkan sejarah. Seperti misalnya soal Mustafa Kemal Laknatullah. Dalam buku-buku sejarah disebut sebagai pahlawan revolusioner Turki. Tujuannya adalah untuk mengacaukan pemikiran dan pemahaman umat serta menjauhkan mereka dari Ide-ide Islam. Sebagiannya bahkan berhasil menjadi agen penjajah dan benar-benar menentang ide-ide Islam, padahal di KTPnya, masih tertulis 'Islam' pada kolom agamanya.

Perang pemikiran semakin gencar dilancarkan dengan berkembangnya teknologi informasi. Mereka menggunakan media sosial untuk mengacak-acak pemikiran umat Islam, khususnya kaula muda muslim. Mereka telah berhasil mempolarisasi kekuatan umat Islam di media sosial lalu dengan mudah melancarkan politik devide et Impera.

Bagi umat Islam yang awam, serangan pemikiran kufur ini sangat efektif membuat mereka terus melemah dan berulang terjerembab pada persoalan yang sama. Umat Islam dibuat seperti berada di lubang pasir hisap. Setiap mereka berupaya keluar dari sana, mereka kembali terhisap ke dalam.

Contoh kasusnya adalah bagaimana umat Islam menyikapi pilpres 2019 ini. Ketika umat telah mempercayakan suaranya, bahkan mereka bayar dengan nyawa dan darah serta air mata. Pada akhirnya mereka dikhianati atas nama rekonsiliasi. Bukannya umat sadar bahwa sistem demokrasi dan faham-faham yang ada didalamnya wajib dicampakkan, mereka malah 'bersabar' dengan mengatakan "pemilu 2024 Pak Anies harus menang".

Betapa kompleksnya persoalan kebangkitan umat ini. Sampai kapan kita akan tenggelam dan berkali-kali memadamkan energi kebangkitan ini? Kita telah berkali-kali membohongi dan membodohi diri kita sendiri dengan kembali 'berharap' pada berhala Demokrasi.

Semoga Alloh ﷻ segera mengembalikan Khilafah sebagai perisai umat dan mengembalikan peradaban Islam yang mulia yang telah berhasil menaungi 2/3 dunia, mengayomi manusia, tanpa membedakan suku, ras, warna kulit, bahkan agama mereka.

Wal iyadzu billah. [vm]

Posting Komentar untuk "Bagaimana Melemahkan Energi Kebangkitan Umat Islam"

close