Balada Mudik yang Kian Pelik
Oleh: Afiyah Rosyad (Penulis dan Aktivis Muslimah dari Probolinggo)
Tersebar dengan viral video seorang pemimpin negeri yang membedakan istilah mudik dan pulang kampung. Meski host acara mencoba meluruskan makna keduanya, namun sang kepala negara bersikukuh dengan pendapatnya.
Di tengah wabah yang melanda negeri ini, simpang siur kebijakan berkenaan dengan aktivitas mudik yang telah menjadi ritual tahunan menjelang hari raya. Tentu statement seorang pucuk pimpinan yang tidak mempermasalahkan pulang kampung menjadi lampu hijau bagi para pemudik.
Sementara kebijakan penutupan akses moda transportasi umum untuk mencegah pemudik agar tidak pulang kampung sudah diumumkan. Seperti yang dimuat koran Tempo, disebutkan bahwa pemerintah menghentikan operasi moda transportasi umum untuk mencegah masyarakat mudik. Staf Khusus Menteri Perhubungan, Afira Irawati, menyebutkan larangan operasi berlaku mulai kemarin (24/04/2020) hingga 31 Mei mendatang. "Aturannya akan kami perpanjang jika diperlukan," katanya di Jakarta (Sabtu, 25/04/2020).
Namun sayangnya, kebijakan penutuoan moda transportasi umum ini tidak berlaku bagi pengangkut barang, pejabat tinggi negara yang sedang bertugas, hingga petugas layanan darurat, seperti mobil damkar, ambulans, dan mobil jenazah tidak terikat kebijakan tersebut. Kapal dan pesawat penumpang yang beroperasi untuk memulangkan warga negara Indonesia atau asing juga dikecualikan. Koran Tempo, Sabtu (25/04/2020)
Tentu statement dari Staf Khusus Menteri Perhubungan ini membuat resah para perantau, karena kemungkinan mudik akan gagal seketika. Sementara para pemudik yang mudik lebih awal kemungkinan sudah dikarantina di setiap kampung halamannya. Atau bisa saja mereka lolos tampa karantina.
Jika pemudik lolos karantina, maka tidak bisa diprediksi lagi siapa saja pemudik yang carier atau tidak. Lalu pemudik sudah berinteraksi dengan siapa saja. Sehingga, tidak menutup kemungkinan akan terjadi mutasi virus covid-19 besar-besaran. Dan hal ini akan semakin menambah pekerjaan tim nakes yang sudah kewalahan.
Kisah mudik yang kian pelik di tengah wabah, menjadi problem baru bagi pemerintah. Sejauh ini, penyebaran rantai virus yang berusaha dicegah dengan social distancing, physical distancing, stay at home dan saat ini PSBB belum juga menunjukkan berkurangnya penularan.
Jika pemudik nekat pulang kampung, dan pemerintah tidam serius dalam menanggulangi gelora mudik. Sungguh, malapetaka yang menimpa akan semakin berlarut-larut saja.
Sangat memprihatinkan memang hidup dalam sistem kapitalisme yang tidak memperhatikan faktor kemanusiaan, seperti kebutuhan pokok individu, kebutuhan pokok komunal, bahkan keselamatan nyawa yang terancam pun tidak diperhatikan.
Sistem kapitalisme akan berlepas tanggung jawab atas keamanaan rakyat dari serangan wabah. Faktor ekonomi yang menjadi tameng utama adalah dalih klasik yang menjadi kebanggaan. Demi menyelamatkan ekonomi negeri, tak mengapa nyawa rakyat dipertaruhkan.
Tentu saja pemudik enggan dikarantina tanpa adanya edukasi terpusat yang komprehensif dan pemenuhan kebutuhan pokok hidupnya beserta keluarganya. Sesungguhnya sangat tampak kecacatan sistem kalitalisme yang lamban dalam mengatasi wabah yang melanda.
Berbeda dengan sistem Islam yang mewajibkan negara untuk melayani utusan rakyat, ada atu tidak ada wabah. Kebutuhan pokok individu per individu dijamin oleh negara, miskin atau kaya, muslim atau kagir dzimmi. Kebutuhan komunal seperti kesehatan, pendidikan, keamanan juga akan menjadi tanggung jawab negara.
Terutama ketika wabah melanda, maka akan ada perhatian khusus dalam penanganannya. Penyediaan tim medis beserta sarana prasarananya akan dicukupi bahkan memadai. Isolasi juga akan dilakukan demi tidak semakin menyebar ke wilayah lainnya. Kebutuhan pokok akan dipenuhi tanpa kompensasi sedikit pun. Sehingga rakyat akan tenang menghadapi wabah yang mengkhawatirkan.
Aktivitas mudik akan ditunda terlebih dahulu hingga virus benar-benar reda. Perantau tidak akan keluar wilayah yang terserang wabah demi menjaga agar tidak ada rantai penularan. Perantau atau penduduk asli wilayah yang terserang wabah akan berikhtiar dengan bersama negara meminalisir penyebaran.
Tentu masalah mudik tak kan sepelik saat ini. Tatkala Islam mengatur masalah isolasi. Sebagaimana masyhur sabda Baginda Nabi SAW yang melarang orang yang ada di wilayah wabah untuk keluar, dan juga melarang orang yang di luar wabah masuk ke wilaya tersebut. Saat jawwil (suasana) keimanan terbentuk dengan jaminan dari negara, tentu isolasi akan berjalan lancar dan wabah segera berlalu.
Saat wabah cepat pergi, maka aktivitas mudik bisa dilakukan dengan tenang tanpa was-was membawa wabah atau terancam diserang wabah.
Wallahu a'lam
Posting Komentar untuk "Balada Mudik yang Kian Pelik"