Inilah Watak Asli Demokrasi: Menghasilkan Dan Memelihara Mesin Penista Islam
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Penistaan dalam alam demokrasi terjadi berulang kali. Non stop. Menghina semua yang berhubungan dengan Islam baik itu Nabi Muhammad SAW, Al Qur'an dan Syariat Islam.
Penistaan terakhir terjadi di Perancis, negara yang dianggap memiliki kota mode kelas dunia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan ala demokrasi. Seperti dikutip dari Visi Muslim (5/9/2020), sekelompok ulama Muslim internasional terkemuka pada Kamis (3/9/2020) mengutuk majalah satir Perancis Charlie Hebdo karena menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad yang menyinggung perasaan Islam.
Terlepas dari kritik dan kecaman, majalah Perancis ini telah menerbitkan kartun yang menghina Islam dan Nabi Muhammad beberapa kali sejak 2006. Ini terus dilakukan karena merasa dilindungi oleh nilai-nilai kebebasan, sistem dan negara demokrasi.
Hasilnya, siapa pun merasa bebas untuk menghina Islam karena tidak ada yang akan mendapatkan hukuman atas perbuatan nistanya. Kejadian ini terjadi hanya beberapa hari setelah aksi peludahan, perobekan dan pembakaran Al Qur'an di Swedia dan Norwegia.
Banyaknya aksi penistaan ini menunjukkan betapa rusaknya sistem demokrasi dalam memperlakukan Islam. Islam dianggap sebagai musuh yang harus terus distigma negatif dan dihapus di dunia.
Demokrasi menghasilkan dan mendidik orang-orang yang membenci Islam. Islam digambarkan sebagai agama yang buruk padahal faktanya tidak demikian.
Misalnya, Islam memuliakan wanita sejak Rasulullah diutus pembunuhan bayi secara hidup-hidup dilarang oleh Islam. Islam menghentikan lokalisasi, perzinahan dan mengharamkan kelainan seksual. Sedangkan di Barat, perzinahan marak, angka pernikahan menurut dan pernikahan sesama jenis dilegalkan atas nama UU.
Islam tak pernah mengajarkan umatnya untuk menista agama lain. Tak pernah menyuruh mereka untuk meludahi, merobek dan membakar kitab suci agama lain. Bahkan mencaci maki tuhan agama lain juga dilarang dalam Islam.
Malah ketika Umat Islam menerapkan sistem Khilafah, warga negara Non Muslim mendapatkan perlakuan yang adil dan makmur dari pemerintahan Islam.
Ini diakui oleh sejarahwan Non-Muslim seperti T.W.Arnold, dkk memuji cara Islam dalam sistem Khilafah melindungi hak-hak warga Non Muslim. Bahkan warga Khilafah, Non Muslim, yang berada di garis terdepan melawan pasukan Salib.
Pasukan Salib terkejut dan merasa heran penduduk Khilafah yang seakidah dengan mereka tidak mendukung malah ingin mengusir mereka. Warga Non Muslim ini mengatakan bahwa mereka lebih rela hidup di bawah naungan Khilafah yang adil daripada hidup merana dalam naungan negara-negara Barat.
Maka sudah saatnya, Kaum Muslimin belajar dari sejarah agung mereka. Hanya dengan sistem Khilafah segala macam penistaan terhadap Islam oleh sistem demokrasi bisa dihentikan.
Ingatlah Ketika Khilafah Utsmani berhasil menghentikan drama Satir yang berjudul "Muhammad dan Kefanatikan" di Perancis dan Inggris. Keberhasilan ini menimbulkan rasa takut sedunia.
Namun, ketika Khilafah runtuh, dan demokrasi dipaksakan atas dunia, penistaan atas Islam terus meningkat. Semoga Umat Islam segera sadar dan menegakkan kembali Khilafah Islam sebagai pelindung agama mereka. []
Bumi Allah SWT, 7 September 2020
Posting Komentar untuk "Inilah Watak Asli Demokrasi: Menghasilkan Dan Memelihara Mesin Penista Islam"