Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Rasulullah SAW Memilih Pejabat Negara Sangat Berbeda Dengan Penguasa Sekuler Kapitalis




Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)

Rasulullah SAW diutus sebagai Nabi juga sebagai kepala Negara Islam yang pertama. Keberhasilan dakwah Beliau SAW yang hanya 23 tahun mampu merubah peta politik dan peradaban dunia tidak terlepas dari berdirinya Daulah Islam pada tahun pertama hijiriyah.

Rasulullah SAW tak bisa dilepaskan dari negara yang dibimbingnya selama ini. Tentu Rasulullah SAW tidak bisa bergerak sendiri, Beliau memerlukan struktur pejabat negara untuk menggerakkan roda pemerintahan.

Pejabat yang terpilih bukan sembarang orang. Bukan pula pejabat kaleng-kalengan. Tetapi yang bisa melayani umat dengan Syariah Islam.

Rasulullah SAW tak pernah bagi-bagi kekuasaan dengan para Sahabat rhum. Pejabat yang terpilih berdasarkan keahliannya.

Misalnya untuk jabatan Mu'awin (Pembantu Kepala negara/Khalifah) diserahkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq RA dan Umar bin Khattab RA. Keduanya adalah Sahabat Nabi SAW yang memiliki Tsaqofah Islam yang paling tinggi, mujtahid dan mulia di sisi Allah SWT. Keduanya sering membantu Rasulullah SAW dalam memajukan Daulah Islam. 

Setelah Rasulullah SAW wafat Sebagai Khalifah, Keduanya tegas dalam beramar ma'ruf nahi mungkar. Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA memerangi Nabi Palsu, orang-orang yang murtad dan yang menolak kewajiban membayar zakat.

Hasilnya Daulah Islam bebas dari keterpurukan. Sahabat Umar bin Khattab RA memperbaiki adminstrasi negara, mencegah korupsi dan menyebarluaskan Islam.

Romawi pun kalah. Palestina dibebaskan pada era pemerintahannya. Khilafah Islam menjadu sangat luas dan makmur.

Rasulullah SAW sebelum mengutus seorang Gubernur, Beliau mengecek terlebih dahulu apakah pejabat tersebut akan berpegang teguh atas hukum Allah SWT.

Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz?"

"Kitabullah," jawab Mu'adz.

"Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?", tanya Rasulullah pula.

"Saya putuskan dengan Sunnah Rasul."

"Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?"

"Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Muadz.

Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah," sabda beliau.

Dalam Islam, seorang Khalifah tak segan-segan mencopot Wali atau Gubernur yang tidak disukai oleh rakyat. Inilah yang berbeda dengan pengusa sekuler kapitalis dalam sistem demokrasi.

Penguasa sekuler memilih pejabat negaranya demi tujuan politik oligarki. Bagi-bagi kekuasaan menjadi ciri khasnya, agar tidak tercipta opisisi terhadap pemerintahan.

Hasilnya, banyak menteri yang terciduk aparat anti rasuah. Selain itu jika ada pejabat yang mau membela Ahmadiyah dan Syiah itu juga merupakan tabiat alami dari penguasa sekuler.

Penguasa akan memilih orang-orang yang dianggapnya kuat dan mampu membendung serangan dari Kaum Muslimin. Setiap orang yang mengkritik rezim akan disebut sebagai radikal, garis keras, anti kemajemukan dan sebagainya.

Dalam pandangan penguasa sekuler, apa pun boleh asal tuan kapitalisnya senang. Umat boleh ditindas tetapi separatis dibiarkan.

Walau mereka telah membunuh banyak aparat dan warga sipil tak bersalah. Sementara itu di bidang pemberantasan korupsi, keluarga penguasa biasanya aman tak tersentuh hukum.

Meski telah banyak melakukan penggelembungan dana. Dana bansos yang dikorupsi oleh pejabat tertentu membuktikan buruknya pemilihan penguasa terhadap orang yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan.

Maka telah nampak beda bagaimana kedua sistem yakni Islam dan Demokrasi memilih pejabat negara. Dalam sistem Islam pejabat dipilih berdasarkan keahlian, kefaqihan dan keteguhannya dalam menerapkan aturan Allah SWT. Hasilnya rakyat makmur sentosa dalam Peradaban Islam.

Sedangkan penguasa sekuler dan para pejabat yang dipilihnya banyak yang melanggar hukum dengan korupsi, aliran sesat, kapitalis asing dan sebagainya. Hasilnya umat sengsara dalam negara yang penuh utang, korupsi, pengangguran, kemiskinan dan lain-lain. []


Bumi Allah SWT, 29 Desember 2020

Posting Komentar untuk "Cara Rasulullah SAW Memilih Pejabat Negara Sangat Berbeda Dengan Penguasa Sekuler Kapitalis"

close