Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Reposisi Istilah Pemimpin Blusukan, Urgensikah?





Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP) 

Megawati dalam pesannya menekankan pentingnya pemimpin itu blusukan. Pemimpin yang blusukan akan mengetahui kondisi rakyat dengan sebenarnya. Ia akan menjadi pemimpin lapangan. Ia tidak segan untuk bersalaman dengan rakyatnya. Demikian kurang lebih isi pesan Bu Megawati. Bahkan tidak hanya disampaikannya kepada Presiden Jokowi, pesannya tersebut disampaikan pula kepada anak-anaknya, terutama kepada Puan Maharani.

Mencermati pesan Megawati tersebut, timbul pertanyaan, apa urgensinya adanya pemimpin yang suka blusukan? Apakah dengan pemimpin blusukan akan bisa memperbaiki kondisi bangsa menuju kesejahteraannya?

Jika kita menilik profil pemimpin negeri ini, sejak awal mereka adalah sosok pemimpin yang blusukan. Pada waktu musim kampanye, mereka dekat sekali dengan rakyatnya. Janji-janji manis baik saat kampanye atau blusukan digunakan untuk mengambil simpatik rakyatnya. Terlebih lagi untuk mendulang suara dari para simpatisannya.

Hanya saja saat sudah menjabat, kebijakan-kebijakan yang diambilnya jauh dari profil Pemimpin Blusukan. Justru bukan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Sebagai contoh, saat pengambilan kebijakan PPKM dalam penanggulangan pandemi. Presiden pernah menyatakan bahwa dengan PPKM saja, rakyat sudah mebjerit, apalagi kalau dilockdown. Artinya, pemimpin negeri ini mengetahui kesulitan ekonomi rakyat saat PPKM diberlakukan, apalagi opsi Lockdown. Memang seharusnya negara menjamin kebutuhan hidup rakyatnya sesuai amanat UU Karantina Wilayah. Bahkan jaminan kebutuhan tersebut mencakup juga hewan ternak. Lantas, mengapa amanat undang-undang sedemikian tidak bisa dilaksanakan negara? 

Dana Covid sekitar Rp 700 trilyun juga tidak memberikan dampak berarti bagi penanggulangan covid dan pemenuhan kebutuhan hidup rakyat. Dana yang diperoleh melalui utang tersebut justru diprioritaskan bagi pemulihan ekonomi nasional. Sebuah pemulihan ekonomi yang bersandar pada angka pertumbuhan bukan pemerataan kesejahteraan. Hasilnya Indonesia diklaim pertumbuhan ekonominya telah mencapai 7,07 persen pada kuartal-II 2021 dan keluar dari resesi. Lalu apakah rakyat sejahtera dengan angka 7,07 persen?Ditambah lagi dana covid untuk bansos juga dikorupsi.

Sementara itu SDA masih dikangkangi oleh korporasi baik swasta maupun asing. Tambang emas di Papua masih dieksploitasi Freeport. Blok cepu dieksploitasi Exxon Mobile dan lainnya. Padahal SDA tersebut merupakan sumber pemasukan besar bagi negara. Mestinya negara bisa menasionalisasi SDA tersebut. Dengan begitu, negara tidak tergantung kepada utang. Bila demikian adanya, tentu tidak signifikan blusukan yang dilakukan presiden saat membagi-bagikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) langsung kepada rakyatnya. 

Jadi yang menjadi faktor utama bagi seorang pemimpin adalah dengan aturan apa ia akan memimpin negaranya. Indikasinya bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Sedangkan saat ini ideologi Kapitalisme mendominasi politik dunia. Indonesia termasuk tidak luput dari dominasi Kapitalisme. Maka yang terlihat antara kebijakan politik dan blusukan yang dilakukan pemimpin akan terlihat saling kontradiksi. Bahkan blusukan yang dilakukannya terkesan tidak lebih dari sekedar pencitraan politik.

Termasuk tidak bisa disebut sebagai pemimpin yang suka blusukan bila sepak terjang politiknya tidak peka terhadap rakyatnya. Saat ini lagi marak baliho politik dari para politisi, termasuk baliho Puan Maharani dan lainnya. Di tengah pandemi, seharusnya mereka peka yang harus dilakukan, bukan malah sibuk menggalang kepopulerannya. Tentu saja hal ini untuk meningkatkan elektabilitas terutama di perhelatan pemilu 2024.

Pemimpin Blusukan dalam Islam

Kepemimpinan itu amanah. Bagi yang tidak bisa menunaikannya, maka kepemimpinan hanya akan jadi penyesalan baginya di akherat.

Seorang pemimpin akan bisa melaksanakan amanah dengan baik, bila memenuhi syaratnya. Pola berpikir dan kejiwaannya adalah sebagai seorang pemimpin. 

Ia mempunyai pola pikir yang kuat sebagai pemimpin. Dalam menetapkan kebijakan, ia berpegang Teguh pada hukum-hukum Islam. 

Selanjutnya pola kejiwaannya kuat berpegang Teguh pada kebijakannya. Bila ia yakin sudah bersandar pada hukum Islam, ia akan menjalankannya dengan konsisten walau banyak rintangan. Ia adalah sosok yang punya keyakinan. Di samping itu, ia menjadi pemimpin yang terbuka terhadap kritikan. Ia tidak segan-segan menerima kritikan, jika kebijakannya nyata salah.

Adalah Umar bin Khoththob ra, pada saat terjadi musim paceklik maka beliau hanya mencukupkan diri makan adonan tepung kasar dan minyak samin. Bahkan sampai kulitnya menjadi kusam karenanya. Umar ra berprinsip biar beliau yang pertama kali merasa lapar sebelum rakyatnya. Dan biarlah beliau yang belakangan merasakan kenyang.

Bahkan Umar ra terbuka menerima kritikan rakyatnya tentang masalah mahar. Awalnya Umar ra menetapkan mahar wanita agar tidak menyulitkan laki-laki yang akan menikahinya. Syifa mengingatkan bahwa Allah tidak pernah menetapkan mahar dengan patokan tertentu. Mahar itu sesuai dengan keridhoan kedua mempelai. 

Termasuk di awal kepemimpinan Abu Bakar ra. Waktu itu banyak suku dan Kabilah yang menyatakan pembangkangan kepada Madinah. Mereka enggan membayar zakat pada Kholifah Abu Bakar ra. Melihat itu para sahabat memberi masukan agar kholifah meluluskan permintaan mereka. Pertimbangannya, Madinah mendapat ancaman dari berbagai penjuru. Akan tetapi Abu Bakar ra sebagai pemimpin yang benar, tidak baper dengan keadaan tersebut. Abu Bakar ra yakin bahwa bila berpegang teguh pada Islam, niscaya Allah akan menolong. Maka beliau memutuskan akan memerangi mereka yang menolak bayar zakat. Alasannya, zakat itu kewajiban Islam atas harta. Hasilnya Madinah pun berhasil melewati masa-masa kritis tersebut menuju kestabilannya.

Demikianlah sekelumit cuplikan profil pemimpin dalam Islam. Mereka memiliki pola berpikir dan kejiwaan yang kuat. Kekuatannya didapatkan dari aturan yang dijalankannya yakni Islam. Islam menjadikan satunya kata dan perbuatan seorang pemimpin. 

Islam telah menggariskan bahwa seorang pemimpin bertanggung jawab dunia dan akherat atas rakyatnya. Maka pemimpin akan mencurahkan perhatian dan pikirannya untuk kesejahteraan rakyatnya. Mereka tidak hanya menjadi sosok pemimpin yang suka blusukan, tapi aturan dan kebijakannya merupakan wujud keimanan dan ketaqwaannya. 


#13 Agustus 2021 

Posting Komentar untuk "Reposisi Istilah Pemimpin Blusukan, Urgensikah? "

close