Depresi Bu Kanti Utami dan Hilangnya Peran Negara
Oleh: Liza Burhan
Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi pemicu seorang ibu bernama Kanti Utami di Brebes tega menggorok/percobaan pembunuhan terhadap anak-anaknya.
Yang pertama faktor sosok suami yang kurang melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga. Dari video yang beredar bagaimana tersangka menerangkan alasan kenapa dia tega mencoba menghabisi nyawa anak-anaknya, lantaran ia ingin menyelamatkan anak-anaknya dari bentakan suami yang suka membentak, ia menginginkan kasih sayang dari suami dan khawatir akan masa depan anak-anaknya karena suaminya bekerja yang tidak menentu.
Dari penuturannya tersebut tampak bagaimana relasi antara pasangan ini tidak berjalan dengan harmonis apalagi dengan kondisi suami yang membentak entah itu juga sudah melakukan kekerasan pisik atau secara verbal. Suami yang seharusnya menjadi tempat pertama berkeluh kesah dan diharapkan akan memberi kedamaian justru malah menambah tekanan. Walhasil hal tersebut menjadikan psikis dan mental serta kejiwaan si istri menjadi depresi dan terganggu hingga melakukan perbuatan nekad dan di luar nalar sehat.
Yang kedua faktor lemahnya akidah secara individu, mental yang rapuh secara individu berawal dari rapuhnya akidah yang ia miliki. Sehingga kondisi tersebut mendorongan seseorang mudah untuk melakukan tindakan-tindakan yang di luar akal sehat. kondisi individu yang lemah secara akidah maupun mental ini juga akan menjadikannya memiliki cara pandang hidup yang keliru. Dalam tatanan sistem hari ini, cara pandang hidupnya yakni cenderung liberal dan sekuler, jauh dari Tuhan dan tuntunan agamanya. Sehingga menjadikannya seorang pribadi yang gampang terpapar depresi dan mudah putus asa ketika dihadapkan pada suatu persoalan kehidupan. Depresi terjadi biasanya ketika ia merasa gagal dalam mencapai apa yang diinginkannya, sementara pada saat yang sama, kesabaran dan ketawakalannya kepada Allah Swt begitu lemah.
Faktor ketiga lingkungan masyarakat yang minim kepedulian. Keindividualistisan lingkungan masyarakat tempat tinggal, yang cenderung acuh merupakan faktor yang juga dapat memicu terjadinya depresi sosial pada seseorang, dalam menghadapi belitan persoalan hidup. Setiap orang dalam lingkungannya hanya fokus kepada kebutuhan dan kepentingannya masing-masing, sampai lupa terhadap keadaan sekitarnya. Pola masyarakat yang jauh dari Islami karena diatur oleh sistem sekuler liberal ini menjadikan tingkat kepedulian dan keimanan rendah pada suatu kehidupan masyarakat yang berakibat pada gampangnya seseorang terpapar stress berat dan depresi.
Pola pikir masyarakat alam kapitalis diperparah oleh rangsangan-rangsangan dari berbagai media yang menggambarkan sebuah kehidupan yang bahagia yaitu yang terpenuhi segala kebutuhan materinya sehingga timbullah keinginan menjadi seperti apa yang dia lihat, serba enak dan serba berkecukupan, menjadikan seseorang kurang bersyukur terhadap apa yang dia miliki.
Keempat, faktor negara yang abai. Ketika Negara cenderung abai dari tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan dan kesejahteraan bagi rakyatnya, maka sebenarnya ada andil negara untuk mendorong terjadinya depresi pada warganya. Misalnya, negara kurang peduli terhadap masalah ekonomi, lapangan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan beban hidup masyarakat lainnya yang seharusnya dapat dipenuhi oleh negara sebagai pengurus rakyat.
Banyaknya kebijakan negara cenderung membebani rakyat seperti biaya sekolah makin mahal, harga BBM yang melonjak dan berimbas juga pada kenaikan harga bahan pokok lainnya, tagihan tarif listrik yang dinaikkan, penggusuran, dan segudang kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat merupakan faktor pemicu lain depresi sosial ini terjadi.
Terutama di dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga pada masyarakat yang kian hari kian terasa meningkat. Walhasil masyarakat ditempatkan pada posisi serba sulit hingga secara individu banyak terpapar prustasi hingga depresi. Rasa frustasi dan depresi yang dialami oleh individu ini mampu mendorong seseorang bisa melakukan kompensasi dengan jalan agresi, kekerasan, dan kejahatan yang akan menambah pelik persoalan kehidupannya.
Inilah urgensi atas keberadaan negara dalam naungan sistem Islam, khilafah Islamiyyah. Karena peran negara dalam institusi khilafah akan melaksanakan peran sentralnya yakni sebagai pengurus rakyat yang bertanggungjawab penuh dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada setiap warga negaranya. Keberadaan negara khilafah yang menerapkan syariat Islam secara keseluruhan akan membentuk individu yang bertaqwa, bermental kuat dan kokoh secara akidahnya. Negara juga berperan dalam membentuk keluarga-keluarga yang harmonis, mengatur relasi antara suami istri dengan standar-standar yang disyari'atkan.
Dalam menjaga kesejahteraan negara dalam naungan Islam menetapkan bahwa setiap muslim laki-laki, khususnya kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab, wajib untuk bekerja guna memberikan nafkah baginya dan bagi keluarga yang menjadi tanggung jawab utamanya. Selanjutnya negara juga mengatur ketika masih ada kekurangan atau kemiskinan yang menimpa seseorang, maka tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab sosial. Maksudnya keluarga, kerabat dan tetangga turut dalam membantu mereka yang masih dalam kekurangan dengan berbagai macam aturan Islam seperti zakat, sedekah dan lainnya. Maka rasa kepedulian antar masyarakat hingga negara dalam sistem khilafah begitu terpelihara dengan baik.
Dalam negara khilafah Islam melalui pemimpin tertingginya yaitu seorang khalifah, adalah sebagai junah dan ra'in yaitu pihak yang mendapatkan mandat untuk menjaga, melindungi, mengayomi dan menjamin kesejehteraan rakyatnya. Dia yang akan menerapkan syariah Islam secara keseluruhan, terutama dalam urusan pengaturan masyarakat seperti sistem ekonomi, kehidupan rumah tangga, kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Dalam sistem ekonominya, Islam memiliki kebijakan dalam mengatur kepemilikan kekayaan negara sesuai aturan syara'. Yang terbagi dalam tiga macam kepemilikan: kepemilikan individu, umum dan negara yang kesemuanya diatur sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat. Pengaturan tersebut kemudian akan masuk dalam Baitul Mal yang menjadi pusat kekayaan negara Islam. Yang akan didistribusikan kepada rakyat agar terjamin kehidupan per-individunya sehingga benar-benar mendapatkan jaminan sandang, pangan dan papan dari negara. Serta yang tak kalah wajib juga untuk mewujudkan jaminan bagi rakyat dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, pertanian, industri, infrastruktur dan lainnya. Dalam era kepemimpinan Islam, khilafah dulu ataupun yang akan tegak kembali nantinya, sistem ekonomi Islam menjadi salah satu paket dari sistem lainnya seperti politik-pemerintahan, hukum dan sebagainya yang akan diterapkan secara utuh dan menyeluruh.
Melalui serangkaian strategi dari rekam jejak bagaimana kegemilangan sistem pemerintahan Islam dalam menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya tersebut, maka sungguh tidak ada alasan bagi negeri ini dan para pemangku kebijakan negara ini untuk tidak mengambil langkah yang serupa. Agar keamanan dan kesejahteraan rakyat benar-benar akan terjamin sehingga tidak perlu lagi ditemukan adanya rakyat yang depresi karena faktor hubungan keluarga maupun karena kesulitan ekonomi, hingga melakukan tindakan menyimpang dan merugikan diri sendiri.
Posting Komentar untuk "Depresi Bu Kanti Utami dan Hilangnya Peran Negara"