Prof. Fahmi: Kapitalisme Sama Bahaya seperti Komunisme

Prof. Dr. -Ing. Fahmi Amhar 

Jakarta, Visi MuslimCendekiawan Muslim Prof. Dr. -Ing. Fahmi Amhar memaparkan, bukan hanya komunisme yang berbahaya tetapi kapitalisme pun sama. “Yang bahaya bukan cuma komunisme, tetapi juga lawannya yaitu kapitalisme. Jadi dua-duanya bahaya,” paparnya dalam Dialog: Membedah Ideologi Kapitalisme dan Sosialisme, Sabtu (8/10/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.
Pasalnya, lanjut Fahmi, kapitalisme juga termasuk ideologi penjajah tetapi dengan format yang lebih cerdas dari komunisme.
Pun keduanya pernah beradu pengaruh dalam Perang Dunia Pertama dan Kedua. Artinya, kapitalisme dan komunisme berlomba menguasai dunia dengan berbagai macam pencitraan. Mulai pendidikan dan pelatihan, penyebaran aneka mitos, utang, serta aneka pendampingan pembangunan lainnya.
“Ini bagus kan kelihatannya?” singgung Fahmi, seraya mengatakan faktanya tidaklah demikian. Terutama utang ribawi yang merupakan perangkap berbalut diplomasi. Juga pendidikan yang berbasis nilai-nilai Barat tentunya.
Celakanya, ungkap Fahmi, secara Nusantara ternyata pernah diterapkan hal sama tetapi dengan istilah yang dikenal sebagai politik etis, yaitu mendirikan sekolah-sekolah bagi kaum pribumi di era penjajahan Belanda, misalnya.
Namun yang boleh menikmati bangku sekolah kala itu hanya anak-anak priyayi atau bangsawan. “Rakyat kecil mah enggak boleh, enggak disediakan tempatnya,” ulasnya.
Untuk diketahui jumlah penduduk dari negara yang menganut keduanya amatlah besar. Komunisme, sambung Fahmi, saat ini berjumlah sekitar 1,6 miliar, sudah termasuk Cina 1,4 miliar, dan gabungan Kuba, Korea Utara, Vietnam, Laos kurang lebih 150 juta jiwa.
Sedangkan pengemban kapitalisme lebih besar dari itu. Sebabnya seluruh negara selain komunisme yang ia sebutkan tadi menurut Fahmi adalah penganut kapitalisme.
“Kapitalisme itu faktanya lebih banyak dari itu. Sisa dunia itu kapitalis sekarang,” ujarnya, sebagaimana Laporan World Population Prospects 2022 dari PBB, jumlah penduduk dunia diprediksi mencapai delapan miliar lebih pada akhir tahun 2022.
Politik Pecah Belah
Sedangkan umat Islam yang secara keseluruhan memang sulit diperdaya hingga saat ini, lantas dipecah-belah dalam empat kelompok. Pertama, sekularis yakni kelompok yang sudah pro Barat secara keseluruhan. “Semua yang mitos-mitos Barat itu yang sekularisme, liberalisme, pluralisme, demokrasi, semua mereka terima, mereka telan mentah-mentah,” terangnya.
Kedua, tradisionalis yang kata Fahmi, kelompok ini masih terikat dengan budaya nenek moyang tetapi juga mengambil sebagian budaya Barat.
Ketiga, modernis atau kelompok moderat yang masih memegang Islam dengan cukup puritan tetapi tidak terlalu alergi dengan Barat berikut nilai-nilainya, seputar nasionalisme, demokrasi, hak-hak sipil, rasionalitas, kesetaraan, dan perjuangan sosial.
Keempat, islamis atau yang Barat sering menyebut sebagai kaum fundamental/radikal. Fahmi mengatakan, dikarenakan kelompok islamis itu dinilai memang anti terhadap Barat, maka disematkanlah predikat radikal. “Senasionalis apa pun kalau anti-Barat itu radikal,” tandasnya.
Sehingga ia tak heran ketika Perang Dingin berlangsung, negara pengemban kapitalisme berupaya merangkul kelompok-kelompok Islam yang terpecah tersebut untuk melawan hegemoni komunisme ketika itu.
Sebutlah Afghanistan dengan Taliban sebagai salah satu kelompok Islam yang pernah dilabeli predikat radikal oleh Barat. “Taliban itu dahulu, waktu Soviet menjajah Afghanistan atau menginvasi Afghanistan tahun 80 sampai 88 itu mereka dijadikan kawan oleh Amerika,” ungkapnya.
Kemudian Uzbekistan yang di era Uni Soviet masih berdiri, kata Fahmi, merupakan negara bagian yang memiliki salah seorang petinggi pemerintahan bernama Islam Karimov (1989-1991).
Artinya, pasca kemerdekaan dideklarasikan pada tanggal 28 Desember 1991, Islam Karimov tetap menjadi petinggi pemerintahan, bahkan didapuk sebagai presiden Republik Uzbekistan.
“Mereka dirangkul oleh Amerika untuk menyingkirkan kelompok islamis yang dicap radikal. Kalau yang moderat masih dipelihara,” pungkasnya, seraya menyebut di era Karimov penjara nyaris penuh dengan orang-orang dari kelompok Islam dimaksud.[] Zainul Krian

Posting Komentar untuk "Prof. Fahmi: Kapitalisme Sama Bahaya seperti Komunisme"