Prof. Fahmi Amhar: Harusnya Islam Jadi Standar, Bukan Budaya

Prof. Fahmi Amhar

Jakarta, Visi Muslim - Menyanggah ungkapan bahwa Islam adalah agama pendatang dan harus menyesuaikan dengan budaya lokal, Peneliti Sejarah Peradaban Islam Prof. Fahmi Amhar mengatakan, seharusnya Islamlah yang menjadi standar, bukan sebaliknya.

“Seharusnya Islam menjadi standar, jangan dibalik. Karena budaya itu produk manusia, sementara Islam turun langsung dari Allah” ujarnya dalam Diskusi Tokoh Riau: Dianggap Pendatang, Islam Harus Tunduk pada Budaya? Ahad (27/11/2022) yang berlangsung di Hotel Batiqa, Simpang Tiga, Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau.

Menurut Fahmi, ucapan Menag dalam salah satu podcast Deddy Corbuzier beberapa waktu lalu, yang mengatakan Islam adalah agama pendatang dan harus menyesuaikan dengan budaya lokal, itu berawal dari sikap islamofobia yang makin celakanya, dilandasi oleh pemikiran sekularisme yakni paham yang memisahkan kehidupan dari aturan agama Islam.

Lantas, konsekuensi dari pemahaman yang demikian itu, kata Fahmi, Islam memang harus tunduk terhadap budaya yang ada. “Konsekuensinya dari pendapat pak menteri itu ialah dia akan menomorsatukan manusia di atas agama, agama harus tunduk pada budaya,” terangnya.

“Ibaratnya, kalau shalat berjamaah imamnya itu budaya, agama di belakangnya,” sambung Fahmi.

Untuk diketahui, pertemuan yang diadakan di salah satu hotel di Pekanbaru tersebut, dihadiri setidaknya 80 tokoh Riau dari berbagai kalangan. Mulai dari tokoh agama maupun politik, budayawan, intelektual, hingga para pengusaha.

Lantas menguatkan apa yang disampaikan Prof. Fahmi, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau Prof. Allaidin Koto yang juga hadir menjadi narasumber ketika itu menegaskan, bahwa adat yang ada, meski sudah ada terlebih dahulu, harusnya menyesuaikan dengan agama Islam.

“Adat basandi syarak, maknanya, meski adat sudah ada terlebih dulu, namun adat harus menyesuaikan dengan sandi (dasar/pondasi) yang datang kemudian,” tegas Guru Besar, dalam acara yang menurut ketua panitianya sebagai bentuk kepedulian atas kondisi masyarakat atas banyaknya persoalan yang perlu disikapi itu.

Malahan, tambah Prof. Allaidin, datangnya agama Islam bukanlah dari Arab. “Islam bukan datang dari Arab, tetapi Islam datang dari Allah yang kebetulan turunnya di tanah Arab, sehingga (awalnya) orang-orang Arablah yang menyebarkan Islam ke penjuru dunia,” tuturnya.

Tak hanya dari kedua tokoh tersebut, salah satu tokoh Riau lainnya, Yana Mulyana, Penasihat Persatuan Islam (Persis) dan FKUB Riau yang juga hadir itu juga menyampaikan pendapatnya bahwa umat Islam harus berani meninggalkan budaya yang tidak sesuai dengan Islam.

“Budaya yang sesuai dengan Islam, maka itu merupakan suatu khazanah. Dan yang tidak sesuai dengan Islam, kita harus berani meninggalkannya,” imbaunya.

Pun demikian dengan mantan Gubernur Riau 2008 Wan Abu Bakar yang juga turut hadir dan menyampaikan kerisauannya. “Terkait arabfobia ini saya khawatir, hal ini ada kepentingan untuk mempertahankan eksistensi daripada kekuasaan jangan sampai dipegang oleh orang Islam,” tandasnya.

“Sebagaimana yang dikatakan oleh M Natsir (mantan perdana menteri Indonesia) yang mereka takuti itu adalah Islam politik, itulah yang perlu kita sikapi, bahwa tidak bisa dipisahkan Islam dengan politik,” imbuhnya memungkasi.[] Zainul Krian

Posting Komentar untuk "Prof. Fahmi Amhar: Harusnya Islam Jadi Standar, Bukan Budaya"