Sekularisme Baru
بسم الله الرحمن الرحيم
Tampaknya situasi yang terjadi di sebagian besar negeri Muslim saat ini memperlihatkan perbedaan antara masa lalu (rezim otoriter) dan kondisi sekarang. Saat ini, pemimpin yang berkuasa mengusung slogan-slogan Islam, tetapi perbedaan yang tampak antara dulu dan sekarang mungkin hanya sebatas janggut, berdasarkan penilaian yang dangkal tentang ada atau tidaknya simbol tersebut.
Setelah gambaran pemerintahan baru di Suriah semakin jelas, terutama dengan pernyataan terbuka Presiden baru, Ahmad Syar’, yang menyatakan keinginannya untuk membangun negara sipil dengan ideologi sekuler dan menerapkan konstitusi buatan manusia, tampaknya pemimpin baru Suriah telah menyia-nyiakan kesempatan yang diharapkan rakyatnya untuk memulihkan kembali negara mereka dan kehormatan mereka.
Kebijakan mencampuradukkan berbagai kepentingan yang diterapkan oleh pemerintahan ini, ditambah dengan warisan dari rezim Bashar al-Assad yang telah tumbang, telah membentuk Ahmad Syar’ dengan pola pikir yang lebih condong kepada Barat, yang bertujuan untuk menggagalkan proyek para pejuang yang bercita-cita membangun Suriah sebagai negara Islam.
Oleh karena itu, kita melihat dalam pertemuan-pertemuan awalnya, ia mencoba untuk menyangkal masa lalunya, berusaha menjelaskan kondisi saat ini sebisa mungkin, dan menyoroti perubahan yang terjadi dalam dirinya. Ia kini berada dalam konflik batin antara masa lalunya dan ambisinya terdahulu dengan realitas yang ia jalani hari ini. Kontradiksi semacam ini jarang ditemukan pada seorang pejuang yang belum lama keluar dari medan pertempuran, namun kini ia telah mengenakan pakaian sekuler dengan jelas.
Kini, Suriah, dengan seluruh sejarah, masa kini, dan masa depannya, serta dengan segala signifikansi dan pengaruhnya, seolah terperangkap antara masa lalu yang telah berlalu dan masa kini yang mengkhawatirkan.
Sekularisme yang diterapkan oleh pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Ahmad Syar’ adalah sekularisme yang aneh, yang bisa dikatakan sebagai perpaduan antara oportunisme, kemanusiaan yang rusak, naluri yang terselubung, dan kebutaan intelektual. Suriah, yang dahulu menjadi benteng sekularisme di bawah Assad, hingga kini belum keluar dari jeratan sekularisme meskipun wajah-wajah pemimpinnya telah berubah.
Perkembangan ini, yang berhasil mengeluarkan rakyat Suriah dari cengkraman rezim Assad yang kriminal, tentu sangat menggembirakan. Namun, hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan pengorbanan dan darah yang telah ditumpahkan oleh rakyat negeri itu. Kondisi Suriah hari ini tidak jauh berbeda dengan kondisi sebagian besar negeri Muslim lainnya, yang masih berada dalam sekularisme terselubung dan masih mengambil kebijakan berdasarkan prinsip-prinsip sekuler, seolah tidak menyadari bahwa banyak hal telah berubah, dan bahwa sekularisme yang mereka jalankan kini hanyalah bentuk lain dari sistem lama.
Tampaknya para tiran di negeri-negeri Muslim terus beregenerasi dan diperbarui. Setiap kali seorang tiran tumbang, muncul tiran baru dengan wajah berbeda. Apakah ini takdir umat ini? Terus-menerus mengubur revolusinya, menenggelamkan pengorbanannya, hanya untuk melihat kediktatoran kembali dengan wajah yang baru?
Mungkin banyak Muslim yang merasa putus asa dalam upaya mereka mengembalikan kejayaan yang telah hilang. Tidak bisa disangkal bahwa ada peran internasional dan regional dalam menekan revolusi serta membawa pemimpin-pemimpin baru yang tetap menindas rakyat. Namun, di antara semua itu, peran umat Islam sendiri tetaplah yang paling penting. Umat ini harus berambisi tinggi dan bekerja dengan serius untuk mencapai kemuliaan dan kehormatan yang sah. Sebab, masyarakat sendirilah yang turut andil dalam melahirkan para tiran, karena ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran mereka. Selama mereka terus mencari solusi sementara yang tidak menyelesaikan masalah mendasar, mereka akan terus berada dalam lingkaran penderitaan yang sama.
Wahai kaum Muslimin, kita semua wajib memiliki ambisi yang tinggi, tidak terseret dalam hawa nafsu yang menyesatkan, tujuan yang rendah, dan kepentingan yang murahan. Kita adalah umat yang telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, dan tidak akan pernah mulia kecuali dengan Islam.
Sejarah dan kejayaan umat ini menyeru kita untuk bangkit dan bersungguh-sungguh, mengikuti jejak nenek moyang kita yang agung, yang telah menguasai dunia dengan syariat Islam yang paling mulia dan paling adil. Dalam naungan Islam, setiap individu, baik Muslim maupun non-Muslim, mendapatkan hak dan kewajiban mereka dengan adil.
Saat ini, penjajah dan sekutunya terus mengintai dan merancang berbagai makar untuk melemahkan umat Islam. Para pendukung demokrasi telah bersekongkol untuk membungkam kebebasan rakyat dan menghancurkan kehidupan mereka yang sejahtera. Sementara itu, Islam tetap menjadi kekuatan yang membela kebenaran, sebagai pembawa perubahan yang hakiki, yang terus memberikan kekuatan spiritual, kepercayaan diri, keteguhan pada prinsip, serta keberanian untuk menyuarakan kebenaran bagi para pengikutnya.
Wahai kaum Muslimin, tidak ada kehidupan bagi sebuah umat yang tidak mengenali musuh dan sahabatnya, serta tidak mampu membedakan antara orang yang jujur dan pengkhianat. Mereka yang fanatik terhadap kehidupan sekuler adalah penyebab utama penderitaan di negeri-negeri Muslim. Mereka adalah bencana besar dan faktor langsung di balik berbagai krisis yang menimpa umat ini.
Ketahuilah bahwa kebebasan bukanlah hadiah yang diberikan oleh musuh-musuh kita, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan. Kemerdekaan dan kehormatan hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar berjuang untuknya.
Ya, Islam pasti akan menang, dan sistem Islam akan mengungguli setiap sistem lainnya, dengan izin Allah. Wahai kaum Muslimin, marilah kita bekerja untuk mengembalikan kehidupan Islam yang penuh kemuliaan, karena di sanalah terletak keselamatan kita dari kebobrokan kapitalisme yang busuk.
Kami memohon kepada Allah agar mengembalikan kejayaan umat ini dengan tegaknya kembali negara Islam, yang akan membawa kemuliaan dan kehormatan bagi kita semua. Dan itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah.
Posting Komentar untuk "Sekularisme Baru"