Idul Adha al Mubarak: Momentum Persatuan Umat dan Perlawanan Terhadap Kezaliman
Oleh : Ainun Dawaun Nufus
(Muslimah HTI kab. Kediri)
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga dan para sahabat beliau, serta siapa saja yang loyal kepada beliau, dan kepada siapa saja yang mengikuti beliau dan menyusuri jejak langkah beliau, sehingga ia menjadikan akidah islamiyah sebagai asas pemikirannya dan menjadikan hukum-hukum syara’ sebagai standar bagi perbuatan-perbuatannya dan sumber bagi hukum-hukumnya. Amma ba’du Wahai kaum muslimin di mana saja berada.
Selamat berhari raya Idul Adha yang penuh berkah ini, mari kita manfaatkan kesempatan untuk mengingatkan kaum muslimin seluruhnya untuk melakukan perubahan. Selamat kepada para pejuang yang siang malam berjuang melawan rezim-rezim diktator, dan berjuang untuk menjulangtinggikan kalimat Allah dengan tegaknya daulah al-Khilafah yang telah disampaikan berita gembiranya oleh hamba Allah dan Rasul-Nya saw.
Hendaknya kisah Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As yang sering disampaikan para khatib dan da’i menjadi teladan bagi kita sekarang. Tidak hanya teladan dalam pelaksanaan ibadah haji dan ibadah qurban, namun juga teladan dalam berjuang dan berkorban demi terwujudnya ketaatan kepada hukum-hukum Allah SWT secara kaffah. Sungguh, kini banyak hukum Allah SWT yang diabaikan, khususnya syariah Islam yang berkaitan dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum pidana, pendidikan, politik luar negeri dan sebagainya.
Berkumpulnya jamaah haji dengan sesama Muslim dari seluruh pelosok dunia akan menyadarkan mereka, bahwa yang mempersatukan umat Islam hanya satu faktor saja, tidak lebih, yaitu agama Allah (Islam). Tak ada faktor pemersatu lainnya; apakah itu suku, warna kulit, bangsa ataupun negara bangsa (nation state). Umat Islam dari seluruh pelosok dunia seharusnya menjadi umat yang satu. Mereka diikat oleh faktor pemersatu hakiki berupa tali agama Allah semata, bukan diikat oleh faktor lainnya seperti warna kulit, suku, bangsa, atau negara bangsa.
Faktor suku, warna kulit dan kebangsaan sesungguhnya bukanlah faktor pemersatu. Semua itu tidak layak menjadi faktor pemersatu. Semua itu sekadar qadha‘ yang memang bukan dalam kuasa dan hak pilih seorang anak manusia. Tak ada manusia yang memilih menjadi suku Jawa, atau memilih berkulit hitam, atau memilih menjadi bangsa Indonesia. Semua itu merupakan qadha` yang terkait dengan penciptaan manusia, tanpa ada hak memilih bagi manusia.
Belum diamalkannya syariah Islam secara kaffah untuk mengatur kehidupan ini, adalah penyebab kehidupan kaum Muslimin terpuruk dan terjajah. Saudara-saudara kita di Suriah, Mesir, Palestina, Iraq, Afghanistan, Xinjiang, Chechnya, Rohingya, Thailand Selatan, Filipina Selatan dan lainnya, dijajah, disiksa, dibantai dan banyak yang diusir dari negerinya, tanpa ada yang melindungi dan membelanya.
Sementara di Indonesia, rakyat terus terhimpit kemiskinan, harga-harga kebutuhan pokok terus membumbung tinggi, pendidikan mahal tapi kualitasnya rendah, kekayaan alam kita dikeruk oleh korporasi asing, layanan kesehatan makin mahal, budaya kufur seperti Miss World semakin marak, korupsi dan sejenisnya kian merajalela bahkan ketua MK, lembaga yang dianggap benteng, penjaga pilar-pilar negara juga tak luput, dan sebagainya.
Serangan Israel terhadap Gaza telah menyingkap tabir siapa sejatinya para penguasa Arab dan negeri-negeri Muslim lainnya. Para penguasa itu tentu menyaksikan kebiadaban Yahudi Israel. Mereka juga tahu bahwa kebiadaban Israel itu telah melampaui batas kemanusiaan. Namun anehnya, mereka hanya bungkam dan berdiam diri. Kalaupun ada, hanya sebatas kecaman dan kutukan tak berarti. Atau paling banter, mengirimkan bantuan dana, makanan, atau obat-obatan. Namun, tidak ada satu pun tindakan nyata yang mereka lakukan untuk menghentikan kebiadaban Israel. Tidak ada tentara yang mereka kirim untuk berjihad melindungi Gaza dan berperang melawan tentara Israel di medan laga.
Padahal, jika mereka mau menggerakkan tentara mereka, niscaya dapat menyelamatkan Gaza. Bahkan lebih dari itu, mampu membebaskan Palestina dan melibas habis Israel dalam waktu singkat.
Betapa tidak. Jika dikumpulkan, jumlah seluruh tentara di negeri-negeri Muslim lebih dari dua juta orang. Kalau masih dirasa kurang, bisa memobilisasi para pemuda dan umat Islam yang siap berjihad. Belum lagi ditambah dengan tentara malaikat yang tak terlihat, yang diturunkan untuk membantu mereka. Maka dengan izin dan pertolongan Allah SWT, negara Israel yang penduduknya hanya 7,8 juta jiwa itu dengan mudah dapat dilenyapkan.
Akan tetapi mereka tidak mau melakukannya. Mereka justru menghiba kepada PBB dan Amerika, dan hanya meminta Israel agar menghentikan serangan. Tindakan itu jelas menunjukkan bahwa mereka tidak peduli dengan nasib umat ini. Kendati darah umat Islam tertumpah, negerinya dijajah, dan kekayaannya dijarah, mereka tidak melakukan pembelaan. Maka tak aneh jika banyak yang menyebut mereka sebagai penguasa antek. Antek negara-negara kafir penjajah. Tak mengherankan pula jika ada yang mempertanyakan aqidah mereka: Masihkah tersisa keimanan di dada mereka?
Palestina bukanlah satu-satunya. Di Suriah, hingga kini umat Islam harus menghadapi keganasan penguasanya sendiri, Basyar Asad. Dengan dukungan negara-negara kafir penjajah, rezim Nushairiyyah itu membantai ratusan ribu rakyatnya sendiri.
Sementara Irak dan Afghanistan masih berada di bawah penjajahan negara imperialis, Amerika Serikat. Kondisi menyedihkan juga masih terus dialami saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina Selatan, Kashmir, Rohingya di Miyanmar, Afrika Tengah, China, dan lain-lain.
Semua realitas itu mengukuhkan kesimpulan bahwa umat ini memerlukan Khilafah. Dengan Khilafah, persatuan umat Islam benar-benar dapat diwujudkan dalam kehidupan. Selain ikatan aqidah, persatuan umat semakin kokoh tatkala berada dalam ikatan daulah.
Dengan Khilafah, negeri-negeri Islam yang kini membentang dari Maroko hingga Merauke dapat dipersatukan. Tatkala dihimpun dalam satu daulah, maka Khilafah akan menjadi negara raksasa yang disegani dunia. Tidak ada yang berani melawan dan melecehkan. Dengan Khilafah pula, umat Islam beserta agamanya terjaga. Darah, kekayaan, dan kehormatan akan terpelihara. Sebab, khalifah sebagaimana disebutkan Rasulullah saw adalah junnah, perisai. [VM]
Posting Komentar untuk "Idul Adha al Mubarak: Momentum Persatuan Umat dan Perlawanan Terhadap Kezaliman"