Dialog Pagi antara Ayah dengan Anak Laki-lakinya
ilustrasi |
Anak: Ayah, mengapa penguasa saat ini mudah sekali berdusta? ingkar terhadap janji-janji kampanye?
Ayah: Anakku, ketahuilah dalam sistem kapitalis ini rakyat hanyalah obyek penindasan minoritas pemilik modal. Alias orang super kaya. Negara ini sdh dibajak oleh mereka yang disebut pengusaha besar baik dalam maupun luar negeri. Sehingga penguasa adalah orang yang mereka modali agar mengabdi kepada kepentingan mereka. Semua perangkat negara, termasuk Undang-undang sudah disiapkan agar mengabdi kepada kepentingan kapitalis. Lihatlah bagaimana bisa ada UU migas, sumber daya air , kelistrikan dll yg ujungnya rakyat menderita dan kapitalis untung besar. Itupun belum cukup, mereka masih butuh boneka-boneka agar mengoperasikan negara sesuai kehendak mereka. Disinilah mereka menentukan siapa pemenang pemilu yg akan jadi penguasa agar menjaga kepentingan kapitalis.Karenanya janji-janji kampanye itu memang diniatkan utk mendustai rakyat anakku. Sama sekali bukan untuk kepentingan rakyat.
Anak: apa memang sudah tidak ada sama sekali calon penguasa yang jujur Ayah?
Ayah: bisa saja ada calon yang jujur anakku. Namun dia tetap tak akan mampu mewujudkan janji-janjinya. Misalnya dia berjanji untuk pendidikan gratis atau kesehatan gratis. Dalam sistem kapitalis ini, semua sumber daya alam diserahkan kepada swasta bahkan mayoritasnya asing. Tambang-tambang besar, seperti migas, emas, perak, tembaga, nikel, dll dikuasai asing. Pemerintah hanya dapat pajak, itupun jika ga ngemplang. Terus darimana negara dapat dana untuk pendidikan dan kesehatan gratis? Paling dari pajak, itupun dikorupsi besar-besaran. Paling diasuransikan seperti bpjs, yang rakyat lagi harus nanggung segala beban dan akibatnya.
Anak: Ayah?
Ayah: apalagi anakku?
Anak: terus apa sikap kita Ayah?
Ayah: Sesungguhnya anakku, janji-janji calon penguasa kepada umat islam yang hanya seputar sembako murah, pendidikan gratis, kesehatan gratis, rumah susun dll adalah sikap merendahkan atau melecehkan umat islam.
Anak: kok bisa begitu Ayah?
Ayah: iya anakku, karena seolah-olah, jika umat islam kenyang perutnya, sdh bisa sekolah, sdh bisa berobat punya tempat tinggal maka urusan hidupnya sudah selesai. Sudah final. Sudah pasti bahagia.
Padahal bagi umat islam, tujuan hidup adalah ridho Allah untuk menuju hidup kekal bahagia di akhirat. Bukan sekedar hidup di dunia.
Anak: lalu mestinya apa yang dijanjikan calon pemimpin muslim Ayah?
Ayah: harusnya dia berjanji untuk mengajak umat islam ke surga anakku, tidak sekedar kenyang perutnya atau urusan dunia saja. Dia harus berjanji untuk menerapkan syariat Islam kaaffah. Menyandarkan semua keputusannya hanya degan Al Quran dan As Sunnah. Tidak yang lain. Itulah sistem khilafah anakku. Pemimpin dibaiat hanya untuk menerapkan Islam kaaffah. Itulah pentingnya adanya pemimpin dan penguasa dalam Islam. Jika demikian anakku, maka kesejahteraan dunia pasti diperoleh sebagaimana janji Allah SWT. Manusia akan dapat dua kemenangan di dunia dan akhirat. Apakah engkau mengerti anakku?
Anak: iya Ayah. Ananda mohon pamit mau ngaji dulu Ayah.
Ayah: iya anakku, belajarlah baik-baik. Masa depan umat ini ada ditanganmu.
Setelah mencium tangan sang ayah, pergilah sang anak untuk ngaji Islam kaafah dengan iringan doa tulus sang ayah. [Abu Zaid]
Posting Komentar untuk "Dialog Pagi antara Ayah dengan Anak Laki-lakinya"