Untuk Sumanto, Tak Sejengkalpun HT Keluar dari Karakter Dakwahnya
Sumanto al Qurtuby |
Banyak yang masih salah paham pada Hizbut Tahrir (HT), baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.Tak tanggung-tanggung pernyataan sumir dialamatkan pada HT. Nada dan aroma permusuhan disulut melalui lisan dan tulisan orang yang tak suka. Meski seorang intelektual, jika tuduhan yang dialamatkan sering ngawur. Sebagaimana kolom opini Prof. Sumanto Al Qurtuby di liputan6.com, berjudul “Hizbut Tahrir dan Praktik Kekerasan”. Sumanto berpendapat, khususnya umat Islam di Indonesia, salah paham atau gagal paham dalam menilai HT. Padahal jika mau jujur seharusnya hal ini harus didudukan secara proporsional.
Berbicara tentang HT ‘bukan kata mereka’, tapi ‘apa yang dialami dan dilakukan HT’ itulah yang seharusnya didahulukan. Bukan malah memperkeruh suasana dengan hal lain, yang sama sekali tidak dilakukan HT. Karena itu, ada beberapa catatan pada opini Sumanto:
HT bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami, di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’ dalam naungan khilafah Islam 'ala Minhajinnubuwwah nubuwah. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram.
Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Begitu pula untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.
Upaya menjauhkan umat dari Khilafah yang selama ini dilakukan intelektual malah menjadi bumerang. Padahal ide dan istilah khilafah telah dikenal dalam khazanah fiqh dan siyasah Islam. berikut beberapa penjelasan dari ulama’ mu’tabar:
a) H. Sulaiman Rasyid (Rektor IAIN Lampung, w. 26 Januari 1976), al Khilafah ialah suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran agama Islam, sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh nabi Muhammad Saw semasa beliau hidup, dan kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin. Kepala negaranya dinamakan ‘KHALIFAH’, Fiqh Islam, hlm 494.
b) Menurut Imam Ibnu Khaldun : “Telah kami jelaskan hakikat kedudukan ini (Imamah), dan bahwa kedudukan ini adalah pengganti dari Shahibusy Syari’ah [Rasululah SAW] dalam pemeliharaan agama dan pengaturan dunia dengan agama. Dia disebut Khilafah atau Imamah, dan pelaksananya disebut Khalifah atau Imam.” Muqaddimah, hlm. 190.
c) Menurut Imam Taqiyuddin An Nabhani (w. 1977 M) :“Khilafah adalah suatu kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia untuk menegakkan hukum-hukum Syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.”Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz 2 hlm. 13.
Manhaj Dakwah HTI
Karakter dakwah HT yaitu pemikiran, politik, dan tanpa kekerasan. Anggapan ‘separuh benar’ terkait tanpa kekerasan yang dituduhkan Sumanto jelas salah besar. Dikarenakan seluruh kegiatan itu dilakukan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan (fisik/senjata) (laa madiyah) sesuai dengan jejak dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw.
Tiga tahapan dakwah HT merupakan adopsi dari perjalanan sirah Rasulullah Saw. Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai. Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan. Ketiga, Tahapan Penerimaan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.
HT menyebutkan tidak melakukan ‘kudeta militer’, ‘revolusi berdarah’, atau yang menyimpang dari metode dakwah Rasulullah Saw. Justru aktifitas tholabun nushrah lah dengan mengontak tokoh umat dan pemilik kekuatan, yang sadar dengan aqidah Islam, untuk mau membantu dan menolong dakwah HT dalam penegakkan Khilafah. Jadi apa yang dilakukan tidak sejengkal pun keluar dari karakter dakwahnya.
Praktik Kekerasan?
Seringkali tuduhan tendensius merujuk pada penelitian dan paper dari lembaga think tank yang menikam HT. Beberapa karya yang mengulas kekerasan dan ektremisme yang dilakukan oleh para kader dan simpatisan HT di sejumlah negara, antara lain Daniel Ruder (Long War in Central Asia: Hizb-ut-Tahrir’s Caliphate), Franco Burgio (Islamist Movements in Uzbekistan), atau Zeyno Baran (Hizb ut-Tahrir Islam’s Political Insurgency).
Tuduhan itu jelas merupakan upaya jahat guna menciptakan stigma negatif terhadap gerakan Islam untuk melunturkan kekuatan perjuangan. Nafsu untuk mengaitkan HT dengan terorisme sangat dominan dalam tulisan Baran. Seperti yang ditulisnya sendiri, menghancurkan citra HT sebagai gerakan non violance (tanpa kekerasan) adalah first step (langkah pertama) yang penting. Tidak aneh, kalau Baran menggunakan logika yang dangkal dan terkesan dipaksakan untuk mengaitkan HT dengan kekerasan. Menyadari garis perjuangan HT dalam menegakkan Khilafah memang tidak menggunakan kekerasan, Baran mencari-cari alasan agar HT tetap dikaitkan dengan kekerasan. Hal ini tampak dari argumentasinya yang menempatkan HT dalam posisi bukan pelaku langsung kekerasaan, tetapi “memberikan landasan ideologis, memberikan inspirasi dan menumbuhsuburkan tindakan terorisme.”
Laporan dikeluarkan oleh Biro Urusan Asia Tengah Kementerian Luar Negeri Amerika, yang mengingatkan agar berhati-hati terhadap kegiatan-kegiatan Hizbut Tahrir, di antara isi laporan tersebut: "Amerika Serikat mengamati dari dekat tentang gerakan Islam Hizbut Tahrir, yang telah masuk ke jantung banyak pemerintahan di Asia Tengah". Ditambahkan, "Hanya saja, Hizbut Tahrir ini tidak suka menggunakan kekerasan, meski pidatonya yang mengobarkan perasaan, membangkitkan permusuhan (anti semit), dan tidak toleran".
Ditegaskan , "Amerika menolak memasukkan Hizbut Tahrir ini sebagai organisasi terorisme asing, sebab tidak adanya bukti kuat yang menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir telah melakukan kekerasan dalam merealisasikan tujuan politiknya". (Lihat. Situs: http://news.naseej.com/Detail.asp?InNewsItemID=95195, diterjemah dari sebuat berita yang dipublikasikan oleh Khidmat Quds Bars, 27 Nopember 2002 M..)
Maka sangat ‘keji’ jika para peneliti dan intelektual merujuk pada laporan dari lembaga yang memang secara khusus digunakan menstigmatisasi HT. Tujuannya jelas, memisahkan HT dari umat, dan umat agar berpaling dari Islam. na’udzubillah min dzalik.
Garis perjuangan Hizbut Tahrir sejak berdiri hingga seterusnya adalah tetap, yaitu bersifat fikriyah (pemikiran), siyâsiyah (politik) dan wa la ‘unfiyyah (non-kekerasan). Prinsip ini dibuktikan di sepanjang aktivitasnya lebih dari 50 tahun sejak berdiri, HT tidak pernah sekalipun tercatat menggunakan kekerasan meskipun banyak penguasa yang bersikap represif terhadapnya. Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, 17 Mei 2005, Craig Murray, mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan, mengatakan, “Hizbut Tahrir merupakan organisasi yang betul-betul tanpa kekerasan.”
Kekerasan Kultural dan Struktural?
Menuding HT melakukan “kekerasan kultural” (dengan menebar kebencian terhadap siapa saja, Muslim maupun bukan, yang tidak setuju dengan doktrin-doktrin HT) dan "kekerasan struktural" (perlawanan wacana terhadap Pemerintah RI, Pancasila, maupun Konstitusi UUD 1945) yang semua itu sangat membahayakan persatuan, kebinekaan, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia tercinta. Jelas-jelas tuduhan itu salah besar. Berhentilah membuat fitnah yang keji pada HTI.
Apa yang dilakukan pemerintah terhadap HTI saat ini merupakan bentuk represif dan kedzaliman. Ketidakadilan yang dipertontonkan di hadapan jutaan rakyat. Bahkan upaya legitimasi dari intelektual yang terbeli akhirnya ketahuan belangnya. Sekali lagi, kami mengingatkan, berhentilah meneberakan fitnah dan kebencian kepada HTI. Jangan sampai umat menilai Anda dengan sebutan dan bullyan yang lebih sadis nan keji. Seharusnya bekerjalah Anda untuk Allah Swt dan Rasul-Nya. Karena balasannya jauh lebih besar dari dunia dan seisinya, yaitu dengan surga yang seluas langit dan bumi bagi orang-orang bertaqwa. Tidakkah Anda mengambil pelajaran? [VM]
Penulis : Hanif Kristianto
Posting Komentar untuk "Untuk Sumanto, Tak Sejengkalpun HT Keluar dari Karakter Dakwahnya"