Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wanita Mulia vs Wanita Hina


Oleh: Muliana Ummu Ali

Di awal tahun 2019 publik dihebohkan dengan berita yang merendahkan derajat seorang wanita. Info itu berasal dari kepolisian Provinsi Jatim, setelah berhasil menggerebek praktik ‘prostitusi online’ yang melibatkan 2 orang wanita yg dikenal sebagai aktris FTV dan model majalah dewasa, dan seorang pengusaha. Dari kasus ini diketahui tarif yang dipasang sekali kencan mencapai 25-80 juta.

Miris sekali dengan kejadian ini, para pelakunya hanya diperiksa dengan status saksi dan korban dari "Prostitusi Online". Dan dengan mudahnya dibebaskan begitu saja. Sedangkan yang ditahan hanya para mucikarinya saja. Padahal dalam transaksi itu tentu mereka melakukannya dengan sadar. Dan kesepakatan bersama-sama. Tanpa ada paksaan atau tekanan. Bahkan dengan senangnya ingin menyambut rejeki itu. Itu pernyataan salah satu dari artis yang terlibat sebelum di cyduk oleh aparat polisi. Tapi kebetulan saat itu dia kena apesnya. Yang ada malah di jemput polisi. Untung aja ya ga dijemput malaikat izrail. Itu artinya dia masih diberikan kesempatan Allah untuk segera bertobat. Semoga saja dia bisa menyadari semua kesalahannya. Aamiin ya Allah. Dan jadi pelajaran untuk yang lain supaya tidak mengikuti aktivitas yang salah itu.

Tak berapa lama berita "Prostitusi online" viral. Ada pernyataan yang lebih menghebohkan dari seorang wanita muda yang dulu sempat menggemparkan dunia maya dengan tulisan flagiatnya. Ia menulis: “Ada permintaan, ada penawaran. Hukum pasar dalam bidang ekonomi pasti seperti itu. Dan VA berhasil melampaui hukum pasar tersebut, dia menciptakan pasarnya sendiri. Dia yang memegang kontrol dan otoritas atas harga, bukan konsumennya. Saya justru penasaran bagaimana VA membangun value/nilai dirinya, sehingga orang-orang mau membayar tinggi di atas harga pasar reguler. Seperti produk Apple Inc. atau tas Hermes. Kita bisa belajar dari sana. Padahal, seorang istri saja diberi uang bulanan 10 juta sudah merangkap jadi koki, tukang bersih-bersih, babysitter, dll. Lalu, yang sebenarnya murahan itu siapa?”. Ada juga yang menulis: “VA sekali ngangkang 80 juta, sementara ada yang dibayar dengan seperangkat alat shalat ngangkang seumur hidup”.

Astaghfirullah. Anak ini seolah-olah menganggap seorang Istri pekerjaannya lebih rendah daripada seorang pelacur. Dia tidak sadar itu sama saja dia menghina Ibu nya sendiri. Yang notabene ibunya juga berstatus seorang istri. Dan tidak menutup kemungkinan kelak dia pun akan menjadi seorang istri juga. Jadi menurut saya lebih baik dia ga usah berkomentar terkait pekerjaan seorang istri kalau belum pernah mengalaminya. 

Itulah pemikiran yang keliru terhadap peran seorang Istri di sistem sekarang yang menjunjung tinggi nilai materialisme. Padahal nilai materi itu bukanlah hal yg utama bagi seorang wanita. Wanita itu akan dihormati dan dimuliakan dibarengi dengan akhlaqul karimah. Dengan demikian otomatis wanita itu akan bernilai tinggi. Berbeda sekali dengan wanita yang di anggap bernilai tinggi dari segi materi tetapi dia hina secara moral maupun agama. 

Kita bisa analogikan wanita yang mulia dan hina itu seperti pisang goreng dan kue lapis legit. Pisang goreng di jajakan secara terbuka, bebas dipilih dan di pegang. Kalau tidak sreg bisa di ganti. Kalau kue lapis legit di bungkus rapi dalam kotak dan dilapisi plastik. Kita hanya bisa melihat ilustrasi kue nya dari gambar saja. Tidak bisa dilihat secara langsung isi didalam kotaknya, karena dia dibungkus secara rapat dengan plastik. Kalau mau membuka otomatis kita harus beli. 

Begitulah perumpamaannya nilai seorang wanita. Tidak bisa di pilih secara bebas. Kalau ingin memilikinya harus dengan izin mahromnya. Untuk mendapatkannya pun harus dengan aturan Syara. 
So, bisa di bedakan ya. Nilai seorang Istri itu lebih mulia di bandingkan seorang pelacur. Karena seorang Istri didapatkan dengan cara yang halal dan jalan yg baik. Yaitu melalui pernikahan. Ikatan yang sah. Segala aktivitasnya bernilai pahala. Sedangkan pelacur mendapatkannya dengan cara yang di haramkan dan jalan yang buruk. Boro-boro ntar dihalalin, di tinggalin iya. Bahkan aktivitasnya penuh dengan kemaksiatan dan murkaNya Allah. 

Masih mau bilang pekerjaan pelacur itu bernilai tinggi dibandingkan pekerjaan Istri??

Kalau kita memiliki pemahaman yang benar. Pasti kita akan memuji pekerjaan seorang istri. Meskipun dia mendapatkan uang bulanan lebih sedikit di bandingkan pelacur. Tetapi segala aktivitas yang dilakukannya semuanya akan bernilai pahala kalau dia ikhlas. Walau kadang perasaan lelah tak pernah habis, tetap saja dia menjalankan amanahnya sebagai seorang istri. Karena tidak semua orang bisa menyandang status istri. Beruntung lah kalau dia bisa menjadi seorang istri yang sholehah. 
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).

Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk memuliakan wanita dalam statusnya sebagai istri. Pemuliaan itu dilakukan dengan memberikannya hak-hak yang agung atas suaminya sebagaimana juga dia memiliki kewajiban-kewajiban terhadap suaminya. Diantara hak istri dalam Islam ialah mendapatkan perlakuan baik dari suaminya, juga mendapatkan perlakuan baik dalam hal makanan, minuman, dan pakaian. Istri juga berhak mendapatkan perlakuan yang lembut dari suami, dimuliakan, serta seorang suami harus bersabar dalam menyikapi istri. Dalam syariat Islam sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik perlakuannya untuk keluarganya. Termasuk hak seorang istri dalam Islam adalah berhak mendapatkan pembelajaran tentang agamanya yaitu Islam, berhak juga mendapatkan penjagaan fisik dan agamanya.

Begitulah indahnya Islam dalam mengatur hubungan yang halal. Allah akan memberikan kebaikan dan petunjuk yang benar kepada kedua pasangan yang halal. Sedangkan pasangan yang haram akan disesatkan ke jalan yg menyimpang dan penuh kehinaan. [vm]

Posting Komentar untuk "Wanita Mulia vs Wanita Hina"

close