Kembalikan Blok Rokan, dan Blok-Blok Lainnya Kepada Rakyat!
Oleh : Yuli Sarwanto (Analis di FAKTA)
Pengolahan Blok Rokan dengan PT Chevron Pacific Indonesia akan habis pada 2021. Sejumlah pihak mendorong PT Pertamina (Persero), untuk segera melakukan masa transisi pengolahan Blok tersebut. Pada masa transisi Pertamina diharapkan melakukan transfer teknologi pengelolaan Blok Rokan, transfer pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola blok migas yang menjadi tulang punggung produksi minyak nasional ini. Sampai hari ini Chevron menekan penurunan produksi minyak di Blok Rokan, dengan menggunakan metode Enhance Oil Recovery (EOR).
Blok Rokan dan seluruh blok migas lainnya adalah milik rakyat. Haram hukumnya diserahkan pada swasta dan asing. Migas dan SDA yang melimpah lainnya dalam pandangan Islam merupakan milik umum. Pengelolaannya harus diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan rakyat. Tambang migas itu tidak boleh dikuasai swasta apalagi asing.Abyadh bin Hammal menceritakan bahwa ia pernah menghadap kepada Nabi saw dan minta diberi tambang garam yang menurut Ibnu Mutawakkil, berada di daerah Ma’rib lalu beliau memberikannya. Namun saat ia akan pergi, ada seseorang yang berada di majelis berkata kepada Rasul : “Tahukah Anda apa yang Anda berikan padanya, sungguh Anda memberinya sesuatu laksana air yang terus mengalir.” Maka beliau pun menariknya kembali darinya (HR. Baihaqy dan Tirmidzy).
Rasul saw juga bersabda:
Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Indonesia kita jelas kaya Migas. Faktanya kebutuhan di sektor energi, negara ini masih bergantung pada migas. Namun migas tidak seperti komoditas lainnya yang diperdagangkan di pasar internasional, dan harganya sangat sensitif terhadap fluktuasi pasokan dan permintaan. Neraca perdagangan perlu dilihat secara komprehensif, tidak secara sektoral. Jika dilihat secara holistik, penurunan ekspor maupun kenaikan impor migas menandakan geliat produksi domestik yang berujung pada peningkatan surplus nonmigas.
Seiring pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah kendaraan, kebutuhan bahan bakar juga meningkat. Saat ini, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) mencapai sekitar 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bph). Sementara, produksi minyak mentah Indonesia saat ini telah memasuki fase penurunan alami. Tahun ini, rata-rata produksi minyak mentah hanya akan berkisar 750 ribu barel per hari (bph). Konsekuensinya, Indonesia masih harus mengimpor minyak dari luar. Untuk menurunkan impor BBM, pemerintah tengah mendorong pembangunan kilang di dalam negeri. Keberadaan kilang yang mengolah bahan bakar di dalam negeri dapat menekan impor minyak. Pasalnya, nilai impor BBM lebih mahal dibandingkan impor minyak mentah.
Namun AS hari ini mendominasi politik minyak dunia. Singkatnya, AS mengeksploitasi sumber daya minyak di dunia Islam dan menciptakan gesekan antar negara, meningkatkan harga minyak, dan penguatan industri minyak serpih domestik, serta menyiapkan kondisi yang sesuai bagi para pemilih Amerika dengan meningkatkan produksi minyak di dunia muslim. dalam hal ini, Amerika merasa mampu mencapai semuanya karena AS yang mengendalikan para penguasa di dunia Islam.
yang menyakitkan lagi adalah kekuatan asing, terutama AS memanfaatkan sumber daya dunia Islam untuk memainkan inisiatif menentang satu sama lain. Pada waktu yang sama, para penguasa ruwaibidhah yang ada di dunia muslim mengikuti politik ini secara buta dan tanpa penghormatan untuk kemuliaan umat.
Ini dan perlu diketahui bahwa mayoritas deposit minyak global tersimpan di wilayah Islami, termasuk Indonesia baik apakah hal itu di negeri Asia Tenggara, arab atau di Iran atau di Afrika seperti Nigeria ataukah di Asia Tengah semisal Kazakhstan dan Turkmenistan atau Kaukasus seperti Azerbaijan. Tetapi pendapatan minyak di negara-negara ini tidak kembali kepada warganya yang sebagian besar mereka menderita karena kemiskinan dan kemelaratan.[vm]
Posting Komentar untuk "Kembalikan Blok Rokan, dan Blok-Blok Lainnya Kepada Rakyat! "