Ini Masih Tentang Darah Yang Mengalir Di Palestina



Oleh: Muhammad Amin,dr,MKed.Klin. SpMK (Direktur Poverty Care)

Sebagaimana berita yang beredar, dikabarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan militernya di Gaza akan belanjut dengan "kekuatan penuh". Jelas, hari ini dunia dipertontontonkan kebrutalan Israel yang makin menggila. Meski tindakan keji Israel di bumi Palestina sudah ratusan kali berulang, masih saja sebagian kalangan umat Islam menunjukkan sikap keliru dalam merespon masalah Palestina ini.

Pertama: Sebagian kalangan umat Islam, bahkan para tokohnya, seolah masih percaya dan menaruh harapan kepada Israel. Buktinya, mereka masih saja menawarkan solusi damai melalui sejumlah dialog dan perundingan dengan institusi Yahudi itu. Padahal sudah jelas, sudah puluhan kali dialog dan perundingan dengan Israel dilakukan, dan sudah berjalan puluhan tahun, hasilnya boleh dikatakan nihil. Bahkan yang terjadi, tindakan Israel di Palestina dari hari ke hari makin membabi-buta.

Kedua: Sebagian kalangan umat Islam, bahkan para tokohnya, juga seolah masih saja percaya dan bahkan berharap kepada AS, apalagi di bawah Biden saat ini yang dianggap lebih bersahabat dengan umat Islam dibandingkan dengan pendahulunya, Trump. Padahal jauh sebelum dilantik menjadi presiden AS, yaitu saat masih dalam masa-masa kampanye Pilpres AS, Biden berkali-kali bertekad untuk menjamin sepenuhnya kepentingan dan keamanan Israel di Timur Tengah.

Joe Biden pun telah menjanjikan dukungan penuh dari Washington terhadap Zionis-Israel. Ia bahkan memuji-muji penuh Zionis-Israel. Biden menegaskan dukungan total dan absolut Washington (AS) terhadap keamanan Israel.

Karena itu, jika umat Islam konsisten dengan perjuangan untuk membebaskan Tanah Palestina, termasuk tentu al-Quds, sekaligus menyelamatkan kaum Muslim di sana, maka mereka seharusnya memperlakukan Amerika Serikat—meski itu di bawah Obama sekalipun—sebagai musuh sebagaimana layaknya Israel. Sebab, AS tidak lain adalah "induk semang" Israel, dan Israel adalah "anak emas"-nya. Karena itu, sangat aneh jika Israel sebagai "anak emas" AS dimusuhi, sementara "induk semang"-nya (AS) digandeng dengan penuh kehangatan.

Dulu Palestina pun pernah diduduki oleh kaum salibis. Mereka membuat kerusakan dan merusak Masjid al-Aqsa. Namun, kaum Muslim tidak menyibukkan diri hanya dengan melakukan aksi protes dan demonstrasi untuk membebaskan al-Aqsa. Misi mereka siang dan malam adalah menyiapkan pasukan, memobilisasi tentara Mukmin yang benar dengan kepemimpinan Shalahuddin, wali Mesir dan Syam saat itu, di bawah Khilafah yang memerintah berdasarkan al-Quran.

Dulu protes-protes kaum Muslim diwujudkan dengan lompatan-lompatan para tentara mereka terhadap benteng-benteng kaum salibis. Penolakan-penolakan mereka adalah berupa serangan-serangan yang menghantam orang-orang yang melampaui batas itu. Pidato-pidato mereka yang membakar adalah teriakan takbir di medan perang. Mereka benar-benar menolong Allah sehingga Allah pun menolong mereka. Begitulah kaum Muslim dulu.

Karena itu, sesungguhnya metode membela al-Aqsa saat ini pun adalah dengan cara umat berdiri di hadapan para penguasa mereka agar para penguasa itu memobilisasi pasukan untuk berperang. Jika mereka menolak maka umat hendaknya menindak mereka sekaligus mengangkat seorang penguasa Mukmin yang benar, yaitu seorang khalifah ar-rasyîd, yang menjual dirinya demi mendapatkan keridhaan Allah, dengan berperang bersama kaum Muslim melawan orang-orang kafir.

Tindakan brutal Israel untuk yang kesekian ratus kalinya ini merupakan tindakan biadab, yang bukan hanya harus dikecam dan dikutuk dengan keras, tetapi juga harus dihadapi dan dilawan dengan kekuatan yang sama. Apalagi serangan brutal Israel itu secara langsung ataupun tidak didukung oleh AS dan negara-negara Barat lainnya. 

Posting Komentar untuk "Ini Masih Tentang Darah Yang Mengalir Di Palestina"