WAKTUNYA UMAT “BERKACA” ATAS BENCANA ALAM YANG MENIMPA




Oleh: Siti Aisyah, S. Pd.I (Guru RA di Rancaekek)


Indonesia bersedih dan berduka, hal itu terjadi karena bencana kembali melanda di beberapa wilayah Indonesia. Bencana alam salah satunya banjir menimpa beberapa wilayah ditanah air termasuk wilayah Garut dan Karawang. Banjir yang melanda Garut pada Jumat malam tanggal 17 Juli 2022 menyebabkan hanyutnya sembilan rumah sementara puluhan rumah lainnya mengalami kerusakan.

Kenapa banjir ini bisa terjadi? 

Ditanya mengenai banjir yang melanda Garut, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum menilai, banjir yang terjadi di Garut tidak hanya akibat curah hujan yang tinggi. Lebih dari itu, banjir karena adanya pembabatan dan alih fungsi lahan di kawasan hulu sungai. Uu meminta masyarakat melakukan penggarapan secara rasional agar aktivitasnya tidak menyebabkan bencana. (www.merdeka.com, 17/07/2022)

Hal yang sama terjadi di Karawang di Kecamatan Telukjambe Barat Desa Karangligar, Karawang, Jawa Barat, Sabtu 16 Juli. Diberitakan bahwa 304 rumah terdampak Banjir disebabkan intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga aliran sungai Cidawolong dan Kedunghurang meluap ke pemukiman penduduk pada Sabtu sore.

Terdapat sekitar 200 kepala keluarga (KK)/1.192 jiwa terdampak dan 304unit rumah, 2 unit fasilitas ibadah, dan 3 unit fasilitas umum tergenang banjir dengan ketinggian antara 10 hingga 100 cm. Belum ada laporan korban jiwa maupun masyarakat yang mengungsi akibat kejadian ini. (cnnindonesia.com, 17/07/2022)

Tentu saja sebagai seorang muslim, kejadian di atas sejatinya menjadi jalan evaluasi kita memperbaiki perilaku, karena apa yang menimpa kita tidak lain karena bisa jadi karena ulah tangan kita sebagai manusia, yang tidak bertanggung jawab dalam menjaga alam kita. Misalnya banjir terjadi karena malas membuang sampah pada tempatnya atau karena lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan air kita bangun bangunan perumahan atau pabrik, sehingga wajar terjadinya banjir dan mengakibatkan kerusakan.

 Sebagai seorang muslim yang meyakini Al Quran sebagai pedoman hidupnya di dunia maka kita jadikan Al Quran sebagai pijakan dalam kita melangkah. Mari kita pahami dalil berikut ini:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS, Ar Ruum ayat 41)

Melalui ayat ini Allah menegaskan bahwa kerusakan di bumi adalah akibat mempertuhankan hawa nafsu. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, baik kota maupun desa, disebabkan karena perbuatan tangan manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan jauh dari tuntunan fitrah. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan buruk mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar dengan menjaga kesesuaian perilakunya dengan fitrahnya

Bencana alam terjadi menuntut manusia menyadari kemahakuasaan Allah bahwa kita tidak bisa berbuat apa apa, kalau Allah sudah menghendaki terjadi sesuatu maka terjadi, dan terjadilah tanpa ada yg mampu menolak, dari realita ini seharusnya menjadikan manusia mengevaluasi perilaku diri sendiri, dan sistem terhadap alam.

Faktanya, pengelolaan alam dengan basis kapitalis justru menghasilkan kerusakan hingga bencana, karena dengan dalih untuk meraup ekonomi lahan yang harusnya untuk menyerap air malah dipakai atau dijadikan bangunan atas kepentingan materi. Akibatnya, masyarakat terkena dampaknya secara umum. 

Sehingga untuk menghindari terjadinya musibah yang sama, seharusnya kita memperlakukan lahan sesuai peruntukannya sehingga tidak terjadinya bencana karena ulah tangan manusia. Sudah saatnya kita sebagai manusia sama-sama bertanggung jawab dalam kelestarian alam bukan menjadi pihak yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada alam. 

Semoga musibah yang terjadi menjadikan kita terus berbenah untuk lebih baik sehingga alam ini senang ditempati oleh orang-orang yang bertaqwa yang menjaga alam semesta. Semoga ketika alam ini dikelola dengan sesuai peruntukannya maka terjadi kelestarian alam. Dan hal ini butuh kesadaran bersama bukan satu individu tapi masyarakat, pengelola kebijakan dan system. Sehingga terwujudlah kelestarian alam. Saatnya kita berbenah supaya bumi ini tambah berkah. 


Wallahu a’lam bish shawab 

Posting Komentar untuk "WAKTUNYA UMAT “BERKACA” ATAS BENCANA ALAM YANG MENIMPA"