Butuh Sistem Islam, Bukan Solusi Tambal Sulam
Oleh: Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)
Ironi, inilah yang saat ini terjadi di negeri ini. Negeri yang subur dengan limpahan sumber kekayaan alam di mana-mana, namun, beragam fakta mengenaskan menimpa masyarakatnya. Negeri yang tersohor dengan nama zamrud khatulistiwa, kini sedang tidak baik-baik saja. Beragam masalah datang silih berganti, tanpa ada solusi yang pasti.
Angka kemiskinan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Kesejahteraan seakan semakin jauh dari harapan. Kemiskinan yang dialami masyarakat kian tidak bertepi. Ditambah harga kebutuhan yang semakin melambung tinggi, semakin menambah derita masyarakat saat ini.
Sebagaimana nasib pilu yang dialami oleh Undang, seorang warga Jawa Barat yang rumahnya harus dirobohkan paksa oleh rentenir. Undang terlilit utang karena keterpaksaan, ia tidak bisa membayar cicilannya, yang akhirnya berakhir pada kesusahan yang berlipat ganda (detikjabar.com 17/9).
Belum lagi kematian misterius yang dialami oleh enam warga kampung Baduy. Yang ternyata setelah dilakukan penyebabnya adalah karena kasus penyakit TB (tuberkulosis), yang tidak terdeteksi (kompas.com 15/9).
Kesejahteraan yang jauh dari harapan, ternyata juga berdampak pada terjadinya kelaparan tersembunyi pada 50 % penduduk di negeri ini. Hal ini di ungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Drajat Murtianto (18/9)
Penyebab terjadinya kelaparan tersembunyi (hidden hunger) adalah kurangnya zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya. Disebut kelaparan tersembunyi karena sering kali tidak menampakkan tanda-tandanya. Padahal zat gizi mikro ini berfungsi meningkatkan produktifitas kerja, kecerdasan, dan imunitas. Hal ini dikarenakan 1 dari 2 penduduk Indonesia tidak mampu membeli pangan hewani, buah dan sayuran yang mengandung gizi mikro (Media Indonesai.com 18/9).
Semua yang terjadi ini bukan kasus baru, adapun upaya pemerintah belum efektif menuntaskan segala masalah yang ada. Karena solusinya hanya bersifat tambal sulam jika masalahnya muncul ke permukaan, tidak bersifat keseluruhan.
Akibat Kapitalis Sekuler
Fakta yang tengah terjadi saat ini, sebenarnya hampir sama dengan fenomena gunung es. Yang kelihatan hanya sebagian kecil saja, padahal yang tidak terdeteksi jumlahnya lebih banyak. Masalah ini akan terus berlanjut selama sistem sekuler kapitalistik terus dipraktikkan di negeri ini.
Adanya masalah kemiskinan yang serius, dengan terungkapnya fakta wabah TB, dan derita hidup masyarakat yang terpinggirkan karena ekonomi, hanyalah satu dari banyaknya kisah pilu yang menyelimuti kehidupan masyarakat miskin di negeri ini.
Sementara itu dominasi korporasi ala kapitalis, yang membuat harga kebutuhan pokok semakin meningkat, diperparah dengan naiknya harga BBM semakin membuat rakyat semakin sengsara. Berharap pada bantuan pemerintah, sesuatu yang sulit untuk direalisasikan. Program BLT juga tidak bisa diharapkan, selain rawan penyelewengan juga tidak tepat sasaran.
Usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah, dengan program perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial, uang, maupun sembako dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, ternyata juga tidak efektif. Terbukti, jumlah penduduk miskin semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Di negeri yang dianugerahi Allah dengan sumber daya alam yang melimpah tidak lantas membuat rakyatnya semua sejahtera. Para petani, peternak, nelayan hidup dalam garis kemiskinan. Berbagai program pertanian dan peternakan yang digagas justru semakin menjerat pada kapitalisasi pertanian.
Sumber daya alam yang di kapitalisasi, membuat rakyat semakin tenggelam ke jurang kesengsaraan, terbukti naiknya BBM, Listrik, LPG dan segala kebutuhan energi lainnya. Kekayaan alam yang berlimpah hanya bisa dinikmati oleh para kapital saja, sementara rakyat tetap berada dalam kubang derita.
Namun, inilah konsekuensi logis dari penerapan sistem kapitalis liberal. Sebuah sistem yang berpihak kepada para pemodal, sistem yang berasaskan kepada kebebasan memiliki materi sebanyak-banyaknya, melalui cara apa saja.
Melalui produk undang-undang, negara memposisikan dirinya hanya sebagai regulator kepentingan oligarki. Negara tidak lagi berperan sebagai pelayan rakyat yang membuat rakyat sejahtera, yang berusaha menyediakan semua hajat hidup masyarakat secara layak dan murah. Tapi pemerintah telah bersalin rupa menjadi pengusaha yang turut menjadikan rakyat sebagai sumber pendapatan negara, dengan menggadaikan kepemilikan umum menjadi milik privat atau swasta bahkan asing, untuk mengelola hajat hidup rakyatnya.
Sebuah sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme, yang jauh dari ketulusan dan empati terhadap penderitaan masyarakat. Tidak tampak sebuah karekter pemerintahan yang mencerminkan fungsinya sebagai pemelihara urusan umat dan perisai umat. Cukuplah ini sebagai pelajaran betapa menyengsarakannya keberadaan sistem ini. Perlu kita renungkan peringatan dari Allah Swt yang artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan lautan akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah Swt merasakan kepada mereka bagian dari akibat perbuatan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum:41).
Islam Solusi Segala Permasalahan
Hal ini akan berbeda, jika Islam dijadikan sebagai pedoman dalam mengatur sebuah pemerintahan. Islam dengan segala aturannya akan mengembalikan visi kehadiran negara sesuai syariat Islam. Yakni sebagai pengurus berbagai persoalan kehidupan masyarakat.
Dalam pandangan Islam, Negara bertindak sebagai pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan bertanggungjawab mewujudkan kemaslahatan bagi mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya: " Seorang imam seperti penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang digembalakannya.”
Negara dalam sistem Islam akan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya, untuk kepentingan rakyatnya, sesui dengan prinsip kepemilikan dalam Islam.
Negara juga mengatur mekanisme pendistribusian kebutuhan pokok masyarakat, agar bisa tersebar merata ke semua wilayah yang membutuhkan.
Karena syariah Islam mengharuskan hadirnya peran negara dalam usaha menyejahterakan rakyatnya. Sehingga negara akan menjamin kebutuhan asasi warga, tanpa membedakan status sosial, kaya atau miskin. Negara bertanggung jawab menyejahterakan rakyatnya individu per individu. Memastikan kelayakan hidup bagi seluruh warga negaranya.
Hal ini pernah dicontohkan oleh Kholifah Umar bin Khathab pada masa pemerintahannya. Kholifah Umar pernah melakukan perjalanan keliling kota untuk melihat secara langsung kehidupan rakyatnya. Ketika ditemui rakyatnya yang kelaparan beliau sendiri yang memanggul karung makanan untuk diberikan kepada rakyat yang kelaparan.
Kisah lain, Umar juga telah membangun "rumah tepung" dengan tujuan untuk menolong orang-orang yang singgah dalam perjalanan dan rakyat yang membutuhkan sampai kebutuhannya terpenuhi. Inilah fakta ketika sistem Islam diterapkan dalam sebuah sistem kepemimpinan, yakni khilafah.
Demikianlah gambaran jaminan kesejahteraan yang diberikan Islam kepada warga negaranya. Sistem Islam telah terbukti mampu menghadirkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sistem Islam yang diterapkan dalam bingkai Daulah Khilafah,bmampu melahirkan peradaban yang rahmatan lil'alamin serta mendapatkan pengakuan dunia secara mutlak selama 13 abad lamanya.
Oleh karena itu sebagai umat Islam terbesar di negeri ini, sudah saatnya menjadikan Islam sebagai solusi untuk mengatasinya segala persoalan yang tengah terjadi. Karena dengan diterapkannya syariat Islam di segala lini kehidupan, maka keberkahan akan Allah limpahkan kepada umat Islam semua.
Wallahu'alam bishawab
Posting Komentar untuk "Butuh Sistem Islam, Bukan Solusi Tambal Sulam"